Pagi hari di pasar Azura terasa lebih cerah dari biasanya, tetapi Livie merasa beban di hatinya semakin berat. Dia mencoba untuk tetap fokus pada pekerjaannya sambil melawan pikiran yang mengganggu tentang perselisihan di rumah. Alina dan Jarek mungkin telah mundur ke kamar mereka, tetapi ketegangan yang mereka tinggalkan masih menghantui Livie.
Di stan pasar, Livie berusaha keras untuk menarik perhatian pelanggan dengan senyuman ramah dan layanan yang penuh perhatian. Namun, saat dia melayani pelanggan yang tampaknya lebih tertarik pada barang dagangan daripada percakapan, matanya sering kali tertuju pada sekelilingnya, mencari sesuatu yang bisa membantunya mengalihkan pikiran dari kekacauan di rumah.
Tiba-tiba, seseorang menyentuh bahunya dengan lembut. Livie berbalik dan melihat seorang wanita tua dengan penampilan sederhana namun elegan, mengenakan gaun berwarna lavender. Wanita itu tersenyum hangat kepada Livie. “Kamu tampaknya memerlukan sedikit bantuan hari ini.”
Livie terkejut tetapi merasa lega. “Terima kasih. Saya hanya sedikit lelah. Ada yang bisa saya bantu?”
Wanita tua itu memperkenalkan dirinya sebagai Madam Selina, seorang pelanggan setia di pasar yang sudah lama mengenal Livie. “Aku mendengar dari tetangga bahwa ada beberapa masalah di rumahmu. Kamu tahu, kadang-kadang berbicara dengan seseorang bisa membantu.”
Livie merasa terharu dengan kepedulian Madam Selina dan memutuskan untuk berbagi sedikit tentang ketegangan yang dia hadapi di rumah. “Memang benar. Ada banyak ketegangan antara saya dan sepupu-sepupu saya. Mereka merasa saya terlalu sering bergaul dengan orang-orang dari luar, dan itu menyebabkan masalah.”