Gedong Ageng JIPANG!
Adit merebahkan tubuhnya di kasur kapuk yang walaupun ga empuk empuk banget tapi cukup nyaman untuk mengusir raganya yang lelah karena perjalanan jauh.
Suasana sore itu sungguh adem dan damai. Walaupun sedikit kaget karena lokasi kampung halaman bapaknya ternyata lumayan jauh dari stasiun tempat dia turun tadi.
“Hufhhh, ga nyangka ternyata masih jauh dari kota terdekat. Tapi lumayan lah itung itung sowan ke eyang dan saudara bapak disini.” Gumam Adit sambil berusaha untuk memejamkan mata.
Sebenarnya Adit juga gak tahu kenapa ngotot pengen ke Jipang, mungkin saking seringnya dulu cerita Jipang ini di kisahkan oleh bapaknya waktu dia kecil jadi terobsesi untuk datang sendiri di tempat kejadian cerita.
Gak butuh waktu lama, mata Adit pun terpejam dan mulai mendengkur. Rasa penat selama perjalanan membuatnya kalah dengan kantuk.
“Dit, Adit, bangun le, udah waktunya makan malam.” Adit merasa tubuhnya digoyang goyangkan, terdengar suara lelaki lamat lamat menggugah kesadarannya. Perlahan matanya membuka dan terlihat Pak Lik Kadi ada di sisinya.
“Bangun le, ditunggu eyangmu makan malam. Sana mandi dulu, Bu Lik sudah masak enak tu.” Lanjut Pak Lik Kadi.
Adit hanya mengangguk pelan, rasanya masih ngantuk berat. “Iya om,” Ucap Adit sambil menggeliat bangun.
Beberapa saat kemudian Adit sudah tampak bersih sesudah mandi dan menuju meja makan dimana eyangnya, pak Lik Kadi dan istrinya juga sudah menunggu.
“Putu ku wes gede ( Cucuku sudah dewasa )” Kata Eyang Adit sambil tersenyum.
Adit membalas senyum lalu menghambur sungkem kepada Eyang. Sejak tiba tadi memang dia belum bertemu eyangnya. Kata Pak Lik Kadi, eyang itu hobi mancing di sungai Bengawan Solo. Itu adalah satu satunya hiburan eyang untuk mengisi waktu di hari tua. Ya, Eyang Kakung satu satunya yang dimiliki Adit.