Cahaya Di Bumi Jipang

Mukti Dwi Wahyu Rianto
Chapter #5

Menemui Arya Penangsang

“Woyyyyy tunggu tunggu, wait wait.” Ujar Adit sambil tergopoh gopoh berdiri ketika Sekarwangi mulai melompat kearahnya hendak menghajar 

Raden Kuning walaupun agak sedikit tersinggung dan terkejut namun masih bisa menahan sensasi hatinya.

Dia merentangkan tangan di depan Skarwangi, “Tahanlah sedikit Sekar, kita tanya apa yang dia tahu." 

“Tahan tahan bro, kita mulai pelan pelan yak.” Ucap Adit yang masih dilanda kepanikan.

Raden Kuning menunjuk kursi, "Duduk dan cerita bro, kami akan dengarkan."

Adit pun melangkah ke kursi diikuti oleh Raden Kuning, Nimas Ratuasih dan Sekarwangi. Makanan dan minuman di nampan yang tadi dibawa Sekarwangi pun masih hangat disitu.

Setelah beberapa saat diam, Adit masih belum tahu darimana dia harus cerita. Dia hanya bisa melihat kearah 2 hapenya.

“Santai saja bro, silahkan kamu berkisah. Dan beri kami jawaban kenapa kau berkata melihat peninggalan keraton Jipang. Dan Jipang adalah sebuah kadipaten besar, bukan hanya sebuah desa.” Ujar Raden Kuning.

Tanpa berucap lagi Adit membuka hapenya. Dia memutar video rekamannya dan volumenya pun distel dengan kencang. Disitu dia bernarasi soal peninggalan keraton Jipang untuk kontennya.

Melihat dan mendengar video yang diputar oleh Adit, sontak ketiganya pun kaget dan spontan berdiri semua.

“Apakah ini Aji Kaca Benggala?” Tanya Raden Kuning 

“Kaca benggala apanya? Itu video anjaaayyy... gua bisa mati gila disini. Sudah jangan pura pura lagi dah, mana sutradaranya. Keluar dan hentikan permainan ini." Kata Adit makin gusar. Dia masih yakin bahwa ini adalah prank paling dahsyat sampai harus melibatkan banyak orang dan skenario yang rapi yang seolah sama dengan kondisi aslinya.

Sebenarnya Adit mulai menyadari keanehan itu dan kejadian yang menimpanya juga bukan prank. Tapi dia bersikukuh dan berharap itu adalah prank hingga dia bisa pulang kerumah. Dia mulai merasa takut dan gelisah.

Raden Kuning, Nimas Ratuasih dan Sekarwangi masih melihat video itu dengan seksama. Dari sudut matanya dan mimik wajahnya jelas menyiratkan sebuah kekaguman yang nyata, bukan akting. Seolah baru pertama kali mereka melihat hal itu.

Sambil sesekali membolak balikkan hape Adit, Raden Kuning kagum, "Senjata yang sangat sakti. Mungkin menyamai pusaka dan ilmu dari Eyang Jafar Shodiq."

Adit tiba tiba mengambil hapenya dan mematikan videonya. Dia melihat status baterai di hapenya. Masih 87% .

“Bro ajian apa itu tadi, kau pasti orang yang sakti.” Ujar Raden Kuning.

Adit hanya menggeleng lemas dan berkata, "Itu namanya video kamera. Tentu saja kalian ga bakal tau yang namanya hape. Ini zaman keraton Jipang di masa Kanjeng Arya Penangsang kan?" 

Mereka bertiga pun mengangguk. Sebenarnya itu adalah cara terakhir dari Adit , dan berharap mereka menjawab Tidak! Lalu berharap mereka akan berteriak dengan keras dan tertawa sambil berkata, PRANKKK!!!

Namun Adit menyadari kalau harapan kata Prank itu makin sangat tipis. 

“Kalian mau dengar penjelasan ku kenapa aku berkata peninggalan Jipang tadi?” Ujar Adit lebih lanjut. Tampaknya dia mulai bisa melawan kepanikan yang sedari tadi menggelayut di dadanya.

Mereka bertiga pun secara kompak mengangguk lalu duduk lagi di kursi di depan Adit.

Lihat selengkapnya