Cahaya Di Bumi Jipang

Mukti Dwi Wahyu Rianto
Chapter #6

Arya Penangsang dan Arya Mataram

Adit dan Raden Kuning berjalan melewati taman menuju pendopo Kadipaten Jipang, tempat dimana Gusti Arya Penangsang berada.

"Bro, kok sepi? Bukannya kalau disini harus ya penjagaan jauh lebih ketat ya." Kata Adit heran sambil celingak celinguk melihat situasi yang relatif sepi di pusat pimpinan kadipaten.

"Gusti Arya Penangsang tidak suka terlalu banyak prajurit di kediamannya. Beliau suka ketenangan. Jadi praktis prajurit penjaga hanya di pintu gerbang pendopo saja." Jawab Raden Kuning.

Sepanjang mata memandang, tampak halaman yang luas dan asri. Taman pendopo ditata begitu rupa sehingga terkesan bersih, rapi dan lega. Bahkan di bagian taman pendopo tak tampak seorangpun penjaga.

Beberapa pepohonan yang rindang dikombinasi bunga dan tumbuhan perdu dan juga suara kicauan burung yang sahut menyahut membuat siapapun bakal betah disitu.

Langkah kaki pun memasuki sebuah teras dari bangunan yang luas dan tinggi. Kayu kayu penyangga yang besar dan kokoh membuat bangunan tersebut tampak gagah.

"Kita sudah masuk dalam pendopo Gusti Arya Penangsang, nanti biar tidak salah kata, kau bicaralah setelah dipersilahkan bicara oleh Gusti Arya Penangsang. Berita yang kau bawa sangat menyakitkan, jadi atur tutur katamu sehalus mungkin." Kata Raden Kuning tampak serius kali ini.

Adit mengangguk dan tampak kagum dengan perbawa dari Raden Kuning. Usia Raden Kuning sebaya bahkan lebih muda darinya, namun wibawa sudah tampak seperti orang dewasa.

"Assalamualaikum, Kanjeng Gusti, Kanjeng Romo dan sesepuh Demak Jipang semuanya. Mohon ijin untuk menghadap." Kata Raden Kuning dengan sikap sedikit membungkuk. Adit pun mengikuti gerakan membungkuk dari Raden Kuning.

"Waalaikumsalam, Raden mas, mari masuk." Jawab pemimpin kadipaten Jipang itu lembut.

Raden Kuning kemudian melangkah masuk ke dalam pendopo dengan berjalan pelan. Adit pun mengikuti dari belakang. Dia sempat berfikir jika menghadap seorang raja bakal berjalan jengkeng seperti di film film. Namun ternyata prediksinya salah besar.

"Raden Mas, ada perlu apa kau menghadap di pendopo? Dan siapa kawanmu itu?" Tanya Gusti Arya Penangsang.

"Mohon ampun Kanjeng Gusti, Kanjeng Romo dan sesepuh semua. Hamba memberanikan diri menghadap karena ada suatu berita yang sangat penting. Dan teman hamba inilah yang memberikan berita penting tersebut kepada hamba. Dan ini terkait dengan masa depan keraton Jipang, Gusti." Ujar Raden Kuning lirih.

Gusti Arya Penangsang, ayahandanya yaitu, Arya Mataram dan juga pejabat dan sesepuh Jipang sedikit tersentak.

"Hal penting apakah itu nak mas?" Tanya Arya Penangsang.

Mendapat pertanyaan tersebut, lidah Raden Kuning serasa kelu. Dia tidak sanggup untuk bercerita tentang kisah Jipang dimasa depan. Cerita yang dia dengar dari Adit beberapa saat yang lalu.

Melihat Raden Kuning terdiam sesaat, Gusti Arya Penangsang pun menghela nafas, dan dengan lembut berkata, "Katakan saja terus terang Nak Mas, jangan ragu."

Lihat selengkapnya