Blurb
"Dilengkapi dengan foto hasil dokumentasi pribadi, hasil dokumentasi instagram @PondokPutriTebuireng dan beberapa foto hasil jepretan teman yang saya ambil di postingan facebook selama menjadi santriwati di Pesantren Putri Tebuireng)."
Di tengah gemuruh kehidupan pesantren yang penuh tantangan, Aisha, seorang santriwati cerdas yang berasal dari sekolah umum, memutuskan untuk menapaki jalan sunyi di Pesantren Tebuireng. Bagi Aisha, mondok bukan sekadar belajar; ini adalah jihad yang menguji ketahanan jiwa dan semangatnya. Dalam perjuangannya, ia harus menghadapi konflik batin yang mengguncang keyakinan untuk lanjut mondok atau tidak, belum lagi tantangan alam saat Gunung Kelud meletus, dan tuntutan wali santri yang membebani pikirannya.
Meski tidak seahli teman-temannya dalam kajian agama, Aisha menemukan bakat terpendamnya dalam menulis. Keberaniannya untuk melawan rasa tidak percaya diri membawanya pada prestasi yang membanggakan—juara lomba menulis tingkat nasional dan mampu membedah buku sebelum kelulusannya. Di antara pelajaran kehidupan dan persahabatan yang erat. Jihad terbesar adalah melawan diri sendiri. Aisha belajar bahwa jihad terhebat adalah melawan diri sendiri dan menjadikan setiap kata sebagai senjata untuk menyebarkan kebaikan.
Cahaya di Tanah Tebu adalah sebuah perjalanan inspiratif tentang harapan, persahabatan, dan pencarian makna di balik setiap langkah dalam menuntut ilmu. Bersama Aisha, temukan cahaya harapan di tanah yang penuh perjuangan dan pengorbanan.