Senin. Malam hari datang, semua santri sudah duduk rapi di depan panggung, tidak mewah namun terlihat bernuansa klasik dengan lampu-lampu kecil dengan cahaya kuning di samping panggung. Malam ini acara Muhadhoroh Kubro. Muhadhoroh secara bahasa berasal dari bahasa Arab dari suku kata hadhoro yughaadiru muhadhoroh, muhadhoroh adalah isim masdar qiyasi yang artinya “saling hadir menghadiri”. Sedangkan menurut istilah muhadhoroh adalah suatu kegiatan aktivitas manusia dalam membicarakan suatu masalah dengan cara berpidato atau berdiskusi yang dihadiri oleh orang banyak massa audien.
Biasanya, kegiatan Muhadhoroh dilaksanakan dalam 3 Bahasa yaitu bahasa Indonesia, bahasa Arab, dan bahasa Inggris, secara bergantian dari tiap kamar atau bisa jadi dari perwakilan tiap jenjang pendidikan atau unit yang ada di Tebuireng, mulai dari perwakilan Mts. Salafiyah Syafi’iyah, perwakilan SMP A. Wahid Hasyim, perwakilan dari MA Salafiyah Syafi’iyah, perwakilan dari siswi SMA A. Wahid Hasyim atau juga santriwati dari perwakilan kamar atau wisma yang menginap di Pondok. Banyak hal yang bisa dipetik dari kegiatan Muhadhoroh ini sebagai sarana pelatihan untuk pembekalan kami para santriwati, terutama dalam keterampilan "Public Speaking".
Ada yang mengatakan pada sebuah pernyataan yang dikenal sebuah istilah yaitu ngomong nang ngarep akehe krikil iku gampang gak seiwuh ngomong nang ngarep’e akeh’e wong yang memiliki initisari bahwa kemampuan berbicara di depan umum tidaklah mudah, dan kemampuan ini tidak dapat dimiliki setiap orang, karena kemampuan ini berkaitan erat dengan citra pribadi. Biasanya orang yang memiliki kemampuan ini sering berperan menjadi "pemimpin" Pondok Pesantren, dalam hal ini Pondok Pesantren mencoba merespon hal tersebut dengan mengadakan sebuah kegiatan dimana setiap santri bisa belajar, berlatih, dan membiasakan diri untuk tampil atau berbicara didepan umum.
Muhadharah sering diartikan sebagai kegiatan latihan pidato semata. Namun di Pondok Pesantren Tebuireng, kegiatan muhadhoroh dikembangkan menjadi beberapa hal yang lebih spesifik dan aplikatif dalam mempersiapkan para santri ketika kelak terjun di masyarakat. Hal ini bisa dilihat dari isi kegiatan dalam muhadhoroh yang beragam dan terperinci.
Setiap pelaksanaan muhadharah, seorang Santri dituntut untuk bisa menguasai podium dan tidak mempermalukan dirinya sendiri di depan para audiens yang hadir menyaksikan. maka secara otomatis santri yang mendapatkan tugas menjadi pengisi acara akan dengan sungguh-sungguh menyiapkan materi dan mentalnya. Walaupun dengan bermacam kegiatan lain yang juga dituntut untuk diselesaikan. Karena di Pondok Pesantren Tebuireng ini tidak hanya mengajarkan dan belajar tentang sekolah dan mengaji saja, melainkan juga belajar berorganisasi sedari dini. Bagaimana tidak, di Tebuireng ini banyak sekali organisasi, seperti ada NH Perkasya, Paskibra, SBQ, Pecinta Alam, OSIS dan MPK di setiap sekolah, Kudaireng baik untuk santri putra ataupun santri putri, Sanggar Kepoedang, ada juga Orda, Orda ini pun masih dibagi menjadi 15 organisasi lagi menyesuaikan dari wilayah mana saja yang dicAisyahpnya, ada Orda CPISA yang meliputi wilayah Gresik, Surabaya dan Bawean. Ada Orda OPI-TH yang mencAisyahp wilayah kediri, jombang, madiun dan sekitarnya. Orda Delta terdiri dari wilayah Sidoarjo dan Mojokerto. Orda HISPA merupakan Orda berisi orang-orang yang berasal dari Sunda, Orda RIM yang berisi orang Ngapak yakni Tegal, Brebes dan sekitarnya, Orda OPIDKI meliputi wilayah jakarta dan sekitarnya, lalu yang mencAisyahp wilayah Indramayu dan sekiatrnya ada Orda KSHC, yang merangkul wilayah madura mulai dari bangkalan, sumenep, pamekasan, sampang itu ada Orda IKSMA, Orda KESIS menaungi wilayah Jogjakarta, Semarang dan sekitarnya, Orda HISLA menduduki wilayah Lamongan, Tuban dan Bojonegoro, Orda OPIM memeluk wilayah Malang, Pasuruan dan sekitarnya, Orda KSPI menggandeng wilayah Pemalang, Pekalongan, Batang dan sekitarnya, kerennya pula ada Orda ANDALAS yang menaungi wilayah Sumatra, dan Orda HISWITA yang menaungi wilayah bali, nusa tenggara, kalimantan, sulawesi hingga papua, serta masih ada lagi Orda OPIA, Orda KSIP, dll, yang salah satu ilmu yang harus dikuasai dalam berorganisasi adalah dengan mahir publik speaking,
Public Speaking itu bisa diartikan sebuah rumpun keluarga Ilmu Komunikasi (Retorika) yang mencAisyahp berdiskusi, berdebat, pidato, memimpin rapat, moderator, MC (Master of Ceremony), dan presenter serta kemampuan seseorang untuk dapat berbicara di depan publik, kelompok maupun perseorangan yang perlu menggunakan strategi dan teknik berbicara yang tepat dan benar. Karena sifatnya yang dinamis, maka Public Speaking juga dapat diartikan sebagai sebuah aktivitas yang sangat dekat dengan asosiasi kata perubahan (change). Melalui Public Speaking, kita dapat mengetahui pola pemikiran dari seseorang, mengetahui gagasan masa depan seseorang, dan ide-ide luar biasanya. Kita juga dapat mengetahui perubahan seperti apa yang digagas atau direncanakan seseorang.