Satu minggu setelah kejadian tragedi gunung kelud, semua mulai membaik, tragedi gunung kelud yang terjadi di hari jumat itu mampu memakan banyak korban baik materi maupun jiwa, kini mulai reda, alhamdulillah seluruh anggota kudaireng yang kemarin menjadi korban tragedi gunung kelud semuanya telah sehat, semuanya telah sembuh. Mungkin setelah ini kudaireng putri akan melAisyahkan syukuran karena telah terlaksana kegiatan dzikir alam perdana dengan tambahan keselamatan dari tragedi gunung kelud ini. Untuk mengingatku, Aisyah membawa pulang pasir debu abu vulkanik sisa letusan gunung kelud, sebagai pengingatku, agar Aisyah selalu bersyukur karena telah diberi kesempatan untuk hidup lebih lama lagi oleh allah.
“Terimakasih ya allah”
Ini hari rabu, pengumuman hasil OSN Kimia. Dan Aisyah? Aisyah kalah. Telah ku terapkan mantera Man jadda wajada untuk memotivasi dan memforsir usahAisyah terhadap diriku, rupanya mantera itu tidak berhasil bagiku. Aisyah masih tetap gagal. Aisyah menarik nafas dalam-dalam. Jurus kesuksesan setelah going the extra miles tidak berlAisyah bagiku, apa yang salah dari diriku? Apa? Kenapa setiap usahAisyah gagal? Kenapa Aisyah tidak pernah juara dalam mengikuti lomba? Baik itu lomba pidato, lomba memasak, lomba olimpiade pun Aisyah kalah, lalu apa yang bisa Aisyah lAisyahkan?
Aisyah frustasi.
“Siapa yang bersyukur, maka akan ditambah kenikmatannya”m sekelebat Aisyah ingat kata-kata itu. Itu firman Allah, di al-qur’an ada. Harus percaya itu. Jika Aisyah tidak bersyukur, maka Aisyah belum sepenuhnya percaya sama allah berarti. Harus tetap bersyukur. Bersyukur karena sudah diselamatkan dari tragedi gunung kelud, bersyukur sudah ditunjuk untuk mewakili sekolah ke ajang bergengsi OSN, bersyukur dengan hasil yang dicapai, meskipun kalah tapi ternyata ada Mas Irvan yang sudah mewakili kabupaten untuk menuju ke provinsi, lebih-lebih setelah beberapa bulan Aisyah tau bahwa Aisyah berhasil mendapatkan skor yang lebih tinggi dari abrori untuk OSN Kimia ini.
“Padahal abrori lebih pintar daripada Aisyah. Aisyah loh ngawur banget ngerjainnya” ceritAisyah pada umi.
“Tetap bersyukur, rendah hati, jangan sampai sombong atau riya’ ya” sabda umi selalu menenangkanku.
Malam ini dadAisyah terasa sesak, sakit, entah kenapa. Tapi Aisyah paksakan untuk begadang. Karena besok ada lomba matematika, bukan olimpiade juga si, acaranya itu bernama KMNR yang berarti Kompetisi Matematika Nalaria Realistik. Untuk KMNR besok Aisyah tidak terlalu ngoyo memforsir diri seperti OSN Kimia kemarin, Aisyah sudah punya catatan di buku kecil sejak semester satu di awal kelas dua lalu, niatku si untuk mempermudah belajar, ini juga atas saran Bu Defi, guru matematika sekaligus wali kelasku. Kata beliau Aisyah anak yang cerdas, hanya saja kebanyakan organisasi, ya Kudaireng, ya OSIS, ya SBQ, ya Jurnalistik, ya Orda CPISA, ya Pramuka dan masih banyak lagi.
“Jadi susah untuk belajar karena harus mengurusi ini itu, selesai di organisasi satu, organisasi lainnya menunggu. Kan repot. Jadinya kamu bikin catatan kecil, semacam ringkasan rumus gitu saja untuk memudahkanmu dalam belajar” masih Aisyah ingat senyum beliau. Jadi Aisyah belajar dari catatan kecil ini saja. Hanya review saja.
~ . ~
Dada Aisyah semakin sesak, Aisyah tidak kuat, Aisyah berpegangan bangku kelas, ingin memanggil teman untuk minta tolong membelikan minum, tapi Aisyah tidak Aisyah mau membatalkan puasa sunnah kamis pada hari ini. Jadi, Aisyah lebih memilih diam. Aisyah mencoret-coret lagi soal-soal KMNR yang tadi Aisyah kerjakan, Aisyah rasa tadi ada yang Aisyah jawab salah, ngawur juga ada, entahlah, soalnya lumayan susah dan lumayan gampang. Aisyah mengerjakannya dengan serius tapi santai. Tidak ada beban, tidak Aisyah target untuk lolos ke babak selanjutnya, tidak Aisyah forsir seperti pada saat OSN Kimia kemarin. Tidak, semua berjalan biasa-biasa saja, santai tapi yakin wae lah.
“Seng penting yakin” begitu kata ustad Mustakim.