Hari-hari berlalu, dan Raeni semakin dekat dengan ujian akhir sekolah menengah. Ketekunan dan kerja kerasnya dalam belajar mulai membuahkan hasil. Ia mendapatkan nilai yang baik dalam setiap ujian tengah semester, dan kepercayaan dirinya terus meningkat. Namun, ada satu tantangan besar yang harus dihadapinya: ujian akhir yang menentukan nasibnya untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Raeni menghabiskan lebih banyak waktu di perpustakaan sekolah dan rumah, berusaha mempersiapkan diri sebaik mungkin. Mira, teman dekatnya, selalu menemaninya belajar. Mereka saling membantu, berdiskusi, dan saling memotivasi. Persahabatan mereka semakin kuat, dan Raeni merasa beruntung memiliki sahabat seperti Mira di sisinya.
“Raeni, jangan terlalu stres. Kita sudah belajar keras. Percayalah pada dirimu sendiri!” Mira menenangkan Raeni saat ia merasa cemas menjelang hari ujian.
“Terima kasih, Mira. Aku hanya ingin melakukan yang terbaik,” jawab Raeni, berusaha tetap tenang.
Hari ujian akhirnya tiba. Raeni merasa campur aduk antara antusiasme dan ketegangan. Di ruang ujian, ia melihat teman-teman sekelasnya juga tampak cemas. Bu Lestari masuk ke dalam ruangan, memberikan semangat terakhir sebelum ujian dimulai. “Ingatlah, ini adalah kesempatan kalian untuk menunjukkan kemampuan terbaik. Fokuslah, dan jangan biarkan rasa takut mengalahkan kalian.”
Dengan napas dalam-dalam, Raeni berusaha mengingat semua pelajaran yang telah dipelajarinya. Saat kertas ujian dibagikan, jantungnya berdebar. Ia mulai membaca soal-soal dengan hati-hati, berusaha mengerjakan setiap pertanyaan sebaik mungkin. Setiap detik terasa berharga, dan Raeni berusaha memanfaatkan waktu sebaik mungkin.
Beberapa jam berlalu, dan ujian pun berakhir. Raeni merasa lega, tetapi juga was-was menunggu hasilnya. Ia pulang ke rumah dengan kepala penuh pikiran. “Bagaimana jika aku tidak lulus? Bagaimana jika semua usaha ini sia-sia?” pikirnya.
Namun, saat tiba di rumah, Pak Warto menyambutnya dengan senyuman. “Bagaimana ujianmu, Nak?” tanyanya.
“Raeni sudah mengerjakan yang terbaik, Ayah. Kini tinggal menunggu hasilnya,” jawab Raeni, berusaha tersenyum meski dalam hati ia masih cemas.
Beberapa hari kemudian, hasil ujian akhir diumumkan. Seluruh siswa berkumpul di sekolah, menunggu pengumuman di papan hasil. Raeni merasakan degup jantungnya yang semakin cepat. Saat Bu Lestari mulai memanggil nama-nama siswa yang lulus, Raeni menggenggam tangan Mira, berharap untuk mendengar namanya.