Cahaya Di Tengah Keterbatasan

Andhika Tulus Pratama
Chapter #9

Bab 9: Ketegangan dan Harapan

Musim ujian akhir semester telah tiba, dan suasana di kampus semakin tegang. Raeni merasakan tekanan yang meningkat di sekelilingnya, terutama di kalangan mahasiswa yang bersaing untuk mendapatkan nilai terbaik. Meskipun sudah melalui ujian tengah semester dengan baik, Raeni tahu bahwa ujian akhir ini akan menjadi tantangan yang lebih besar.


Hari-hari menjelang ujian dipenuhi dengan sesi belajar intensif. Raeni, Mira, dan beberapa teman sekelasnya berkumpul di perpustakaan setiap hari untuk mengulangi materi. Mereka bekerja sama, saling membantu memahami konsep yang sulit dan menjawab pertanyaan satu sama lain.


Suatu malam, ketika mereka belajar, Raeni mulai merasa cemas. “Bagaimana jika aku tidak lulus? Bagaimana jika semua usaha ini sia-sia?” keluhnya, menatap tumpukan buku yang terbuka di depannya.


Mira menatapnya dengan serius. “Raeni, kita sudah belajar keras. Jangan biarkan ketakutanmu menguasai pikiranmu. Kita harus tetap fokus dan percaya pada diri sendiri.”


Raeni mengangguk, berusaha menenangkan diri. Namun, dalam hatinya, ia tidak bisa mengabaikan rasa takut akan kegagalan. Ia tahu betul bahwa ibunya dan Pak Warto mengandalkan keberhasilannya. Setiap kali ia memikirkan mereka, ia merasa ada beban berat di pundaknya.


Beberapa hari kemudian, Raeni menghadapi ujian pertamanya. Pagi itu, ia bangun lebih awal dan berusaha menyiapkan dirinya sebaik mungkin. Ia mengenakan pakaian yang nyaman dan membawa semua perlengkapan yang diperlukan. Saat tiba di ruang ujian, ia merasa jantungnya berdebar kencang.


“Bisa, Raeni. Ingat semua yang sudah kita pelajari,” bisiknya pada dirinya sendiri.


Saat ujian dimulai, Raeni berusaha untuk berkonsentrasi. Ia menjawab setiap pertanyaan dengan hati-hati, berusaha mengingat semua yang telah dipelajarinya. Namun, saat melihat beberapa pertanyaan yang sulit, rasa cemas mulai menghampiri. Ia menggigit bibirnya, berusaha mengusir pikiran negatif.


Setelah ujian berakhir, Raeni merasa lega, tetapi rasa tidak pasti tetap menghantui pikirannya. Ia menghabiskan waktu di kafe bersama Mira, berbagi cerita tentang ujian dan berharap mereka berdua bisa lulus dengan baik.

Lihat selengkapnya