Cahaya Di Tengah Keterbatasan

Andhika Tulus Pratama
Chapter #11

Bab 11: Mimpi yang Semakin Dekat

Setelah kemenangan yang membanggakan di kompetisi seni, Raeni merasakan semangat dan motivasi yang baru. Ia bertekad untuk memanfaatkan momentum tersebut untuk mencapai lebih banyak impian dalam hidupnya. Kesuksesan itu menjadi bahan bakar yang menggerakkan langkahnya untuk terus berusaha dan berjuang di dunia pendidikan.


Semua mata kuliah di semester ini terasa lebih menarik baginya. Raeni mulai aktif berpartisipasi dalam setiap diskusi kelas, dan ia tidak lagi ragu untuk mengajukan pertanyaan. Dosen-dosen pun mulai memperhatikan perubahan positif dalam dirinya. Raeni tidak hanya belajar untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk berbagi pengetahuan dengan teman-teman dan adik-adik di pelatihan seni.


Suatu hari, Raeni menerima kabar gembira dari fakultasnya. Mereka mengadakan program beasiswa untuk mahasiswa yang berprestasi di bidang seni dan budaya. Beasiswa ini akan memberikan kesempatan bagi penerimanya untuk mengikuti workshop internasional di luar negeri.


Raeni merasa jantungnya berdebar saat membaca informasi tersebut. “Ini adalah kesempatan yang luar biasa!” pikirnya. Ia segera memutuskan untuk mendaftar. Persyaratan untuk mendaftar adalah mengumpulkan portofolio yang menunjukkan prestasi di bidang seni serta esai tentang apa yang akan dilakukan jika terpilih.


Selama beberapa minggu, Raeni menghabiskan waktu untuk menyusun portofolio dan menulis esai. Ia melibatkan semua pengalaman yang dimilikinya, termasuk keberhasilannya dalam kompetisi seni, pelatihan yang telah dilakukan, dan dampak positif yang ingin ia bawa kepada orang lain. Setiap kata yang ia tulis penuh dengan harapan dan keyakinan.


Akhirnya, saat pengumpulan berkas, Raeni mengumpulkan semua dokumen dengan penuh rasa percaya diri. Ia merasa seolah-olah telah memberikan yang terbaik, dan apa pun hasilnya, ia sudah bangga dengan usahanya.


Beberapa minggu setelah pengumpulan berkas, Raeni dan teman-temannya berkumpul di kafe untuk mendengar pengumuman. Suasana di kafe itu dipenuhi dengan rasa tegang dan harapan. Ketika pengumuman dimulai, Raeni merasa tidak sabar.


Ketika nama-nama penerima beasiswa mulai disebutkan, hati Raeni berdebar kencang. Setiap kali nama yang disebut bukan namanya, ia merasa campur aduk. Namun, saat nama Raeni akhirnya dipanggil, teriakan kegembiraan memenuhi ruangan. “Raeni! Selamat, kamu terpilih!” Mira berteriak, memeluknya dengan penuh semangat.


Raeni hampir tidak bisa percaya. Air mata kebahagiaan mengalir di pipinya. “Terima kasih, Tuhan!” ucapnya penuh syukur. Ini adalah kesempatan yang selama ini ia impikan. Raeni merasa seolah seluruh usahanya terbayar.


Setelah pengumuman, Raeni menerima banyak ucapan selamat dari teman-teman dan dosen. Ia merasa sangat dihargai. Beberapa hari kemudian, ia menghadiri pertemuan dengan pihak fakultas untuk membahas detail program workshop internasional tersebut.

Lihat selengkapnya