Cahaya Di Tengah Keterbatasan

Andhika Tulus Pratama
Chapter #16

Bab 16: Merangkai Impian

Setelah beberapa bulan beradaptasi di universitas, Raeni mulai merasakan kenyamanan dan kedamaian di lingkungan barunya. Ia menemukan rutinitas yang seimbang antara kuliah, proyek seni, dan interaksi sosial dengan teman-teman dari berbagai negara. Namun, di balik kenyamanan itu, tantangan baru mulai muncul.


Sebagai mahasiswa internasional, Raeni sering merasa kesulitan memahami nuansa bahasa dan budaya di sekitarnya. Meskipun ia berusaha keras untuk mengikuti semua mata kuliah, terkadang ia masih merasa tertinggal. Suatu malam, setelah menyelesaikan tugas kuliah, ia duduk di depan laptopnya dengan frustasi. “Kenapa aku merasa seolah-olah tidak cukup baik?” gumamnya pada diri sendiri.


Teman sekamarnya, Jiwoo, menyadari Raeni terlihat gelisah. “Raeni, kamu baik-baik saja? Aku melihat kamu terlihat stres,” tanyanya dengan perhatian.


Raeni menghela napas panjang. “Aku hanya merasa kesulitan mengikuti semua pelajaran. Kadang-kadang aku merasa bahwa bahasa dan cara berpikir di sini sangat berbeda,” ucapnya sambil memijat pelipisnya.


“Jangan khawatir. Semua orang merasakannya, terutama di awal. Yang penting adalah kamu terus berusaha. Kita bisa belajar bersama jika kamu mau,” Jiwoo menawarkan.


Raeni tersenyum, merasa sedikit terhibur. “Terima kasih, Jiwoo. Itu berarti banyak bagiku. Mari kita belajar bersama!”


Mereka pun mulai mengatur sesi belajar bersama, saling membantu satu sama lain dalam menyelesaikan tugas-tugas kuliah. Jiwoo membantunya memperbaiki keterampilan berbahasa Inggris, sementara Raeni membantu Jiwoo memahami konsep seni yang lebih dalam.


Suatu malam, saat belajar di perpustakaan, Raeni melihat poster tentang kompetisi seni internasional yang akan diadakan di universitas mereka. Tema kompetisi tersebut adalah "Harmoni Dalam Perbedaan." Raeni merasa terinspirasi. “Ini kesempatan bagus untuk menunjukkan seni dan budaya kita,” pikirnya.


Lihat selengkapnya