Setelah sukses dalam pameran dan kompetisi seni, Raeni merasakan semangatnya meningkat. Ia merasa bahwa keberhasilannya bukan hanya miliknya, tetapi juga milik semua orang yang telah membantunya sepanjang perjalanan ini. Namun, di balik semua kesenangan itu, Raeni juga merasakan tekanan yang semakin besar untuk terus berprestasi.
Dengan semester baru dimulai, Raeni dihadapkan pada mata kuliah yang lebih menantang, termasuk beberapa yang berfokus pada teori seni dan kritik seni. Meskipun ia memiliki semangat untuk belajar, terkadang ia merasa tertekan untuk dapat memenuhi ekspektasi dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya.
Suatu sore, saat duduk di perpustakaan, Raeni melihat poster tentang program beasiswa untuk mahasiswa berprestasi. Beasiswa ini dirancang untuk memberikan dukungan keuangan dan kesempatan bagi mahasiswa untuk melakukan penelitian atau proyek seni yang bermanfaat bagi masyarakat. Raeni merasa terpanggil. “Ini bisa menjadi cara untuk memberikan kembali kepada masyarakat, seperti yang selalu aku impikan,” pikirnya.
Dengan tekad yang kuat, Raeni mulai menulis proposal untuk beasiswa tersebut. Dia ingin menciptakan proyek seni yang dapat memberdayakan anak-anak di komunitasnya di Indonesia. “Aku akan mengajarkan mereka seni batik dan memberikan mereka alat untuk mengekspresikan diri melalui seni,” ucapnya sambil mencatat ide-ide di jurnalnya.
Raeni menghabiskan beberapa minggu meneliti dan menyusun proposalnya dengan cermat. Ia menghubungi beberapa teman yang memiliki pengalaman dalam kerja sosial untuk mendapatkan saran dan masukan. Mereka memberikan dukungan dan ide-ide berharga yang membuat proposalnya semakin kuat.
Ketika proposalnya selesai, Raeni merasa campur aduk antara percaya diri dan cemas. “Apa ini cukup baik? Apakah mereka akan menganggap ide ini penting?” Ia berdoa agar upayanya tidak sia-sia dan berharap agar semua orang yang percaya padanya dapat melihat impiannya terwujud.
Hari presentasi proposal pun tiba. Raeni mengenakan pakaian terbaiknya, berusaha untuk tetap tenang meskipun jantungnya berdebar kencang. Ia berdiri di depan panel juri, terdiri dari profesor dan seniman ternama. Dengan suara yang tegas, Raeni mulai menjelaskan ide dan tujuan proyeknya.
“Proyek ini bertujuan untuk memberdayakan anak-anak di komunitas saya di Indonesia melalui seni batik. Saya ingin membantu mereka menemukan suara dan ekspresi diri mereka melalui seni,” ujarnya, matanya berbinar penuh semangat.
Raeni menjelaskan langkah-langkah yang akan diambil dalam proyek tersebut, mulai dari pengajaran teknik batik hingga penyelenggaraan pameran seni yang melibatkan karya anak-anak. “Saya percaya bahwa seni dapat menjadi alat untuk memberikan harapan dan kesempatan kepada mereka yang kurang beruntung,” lanjutnya.