Cahaya Di Tengah Keterbatasan

Andhika Tulus Pratama
Chapter #18

Bab 18: Menghadapi Bayang-Bayang Masa Lalu

Setelah sukses dengan proyek seni di kampung halaman, Raeni kembali ke universitas dengan semangat baru dan pengalaman berharga. Namun, kesenangan itu tidak bertahan lama. Dalam perjalanan pulang, dia merasa seolah ada bayang-bayang masa lalu yang terus mengikutinya. Meski dia telah membuat banyak kemajuan, kenangan-kenangan sulit dari masa kecilnya masih menghantui pikirannya.


Hari-hari pertama di semester baru terasa penuh semangat. Raeni menyibukkan diri dengan kuliah, bertemu teman-teman, dan mengikuti kegiatan organisasi seni di kampus. Namun, saat melihat foto-foto anak-anak yang ia ajar di kampung, rasa cemasnya kembali muncul. “Apakah aku cukup baik? Apakah aku bisa terus memberikan dampak?” tanyanya dalam hati.


Suatu malam, saat berjalan di taman kampus, Raeni teringat akan momen ketika ia merasa terpinggirkan di sekolah. Kenangan itu datang dengan kuat—rasa sakit saat diejek oleh teman-teman sekelasnya, perasaan tidak pernah cukup baik, dan ketidakberdayaan yang sering kali melandanya. Ia teringat saat guru-gurunya meremehkannya, dan bagaimana ia harus berjuang keras untuk mendapatkan pengakuan.


Di tengah pikirannya yang bergejolak, Raeni memutuskan untuk mencari ketenangan dengan mengunjungi studio seni. Begitu sampai, ia melihat cat dan kanvas berserakan di sekeliling ruangan. Ia mengambil kuas dan mulai melukis, membiarkan emosi mengalir melalui setiap goresan. Setiap sapuan warna terasa seperti pelepasan, seolah ia menyalurkan semua rasa sakit dan ketidakpastian ke dalam karya seni.


Saat melukis, Raeni teringat pada anak-anak di kampung halamannya. Ia terinspirasi untuk menciptakan karya baru yang menggambarkan perjalanan dari kegelapan menuju cahaya. “Seni ini akan menggambarkan bagaimana kita bisa bangkit meskipun ada rintangan,” pikirnya. Ia ingin menciptakan sesuatu yang bisa menginspirasi orang lain, termasuk dirinya sendiri.


Dengan semangat baru, Raeni mulai mengerjakan lukisan itu. Ia memilih warna-warna cerah untuk melambangkan harapan, tetapi juga menyertakan bayangan gelap di latar belakang untuk menggambarkan masa lalu yang menyakitkan. Proses itu sangat terapeutik, dan seiring waktu, ia merasa semakin ringan.


Lihat selengkapnya