Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Raeni berdiri di bandara, menatap layar informasi penerbangan yang menyala. Ia merasakan campuran kegembiraan dan kecemasan. Perasaannya tak ubahnya seperti saat pertama kali masuk ke universitas, tetapi kali ini lebih besar—ini adalah langkah besar menuju impiannya.
Penerbangannya ke Eropa akan menjadi pengalaman baru yang penuh tantangan, tetapi juga kesempatan untuk belajar dan tumbuh. Sebelum berangkat, ia menatap wajah keluarganya dan sahabat-sahabatnya yang hadir untuk mengantarnya. “Ini bukan akhir, tapi awal dari perjalanan baru,” ucap ibunya, memberi semangat yang dibutuhkan Raeni.
Setelah melalui prosedur keamanan, Raeni melambaikan tangan kepada keluarganya. Di dalam pesawat, ia menatap keluar jendela, melihat awan putih berarak. Dalam pikirannya, ia merenungkan perjalanan yang telah ia lalui—dari anak tukang becak hingga mahasiswa seni yang siap menjelajahi dunia. “Ini semua berkat usaha dan dukungan orang-orang di sekelilingku,” pikirnya.
Setibanya di Eropa, Raeni disambut oleh suasana yang berbeda. Kota itu dipenuhi arsitektur indah, dan setiap sudutnya menawarkan inspirasi baru. Di kampus barunya, ia bertemu dengan mahasiswa dari berbagai negara, masing-masing membawa latar belakang dan cerita unik. Raeni merasa terpesona oleh keberagaman ini dan bersyukur atas kesempatan yang diberikan.
Selama beberapa minggu pertama, Raeni menjalani orientasi dan mulai mengenal lingkungan barunya. Dia belajar tentang budaya seni di Eropa, mengikuti kelas-kelas yang memperdalam pemahamannya tentang seni kontemporer dan teknik-teknik baru. “Aku ingin mengambil semua ini dan menggabungkannya dengan pengalaman di rumah,” ucapnya kepada teman-teman barunya.
Di tengah kesibukan belajar, Raeni juga tidak melupakan misinya untuk memberikan dampak positif. Ia mulai berkolaborasi dengan organisasi lokal yang bekerja dengan anak-anak. “Aku ingin memberikan kembali apa yang aku dapatkan,” ujarnya. Raeni terlibat dalam proyek seni yang mengajak anak-anak untuk berekspresi melalui lukisan dan kerajinan tangan.
Suatu hari, saat mengajar di pusat seni, Raeni mengenalkan konsep lukisan dinding kepada anak-anak. Ia teringat saat-saat di mana seni membantunya mengekspresikan perasaannya dan berjuang melawan ketidakpastian. “Kita bisa menciptakan sesuatu yang besar dan indah bersama-sama,” ujarnya penuh semangat.