Cahaya Di Tengah Keterbatasan

Andhika Tulus Pratama
Chapter #22

Bab 22: Harapan yang Tak Pernah Padam

Setelah pameran seni yang sukses, Raeni merasakan semangat yang membara di dalam dirinya. Kegiatan di sekolah seni semakin berkembang, dan ia semakin yakin bahwa mimpinya untuk menciptakan peluang bagi anak-anak di komunitasnya semakin dekat. Namun, di balik semua keberhasilan itu, tantangan baru mulai muncul.


Raeni menyadari bahwa untuk mempertahankan sekolah seni dan memperluas programnya, mereka membutuhkan dana yang lebih besar. Selama ini, mereka bergantung pada sumbangan kecil dan bantuan dari teman-teman yang telah sukses. Namun, semakin banyak anak yang ingin bergabung, semakin besar pula kebutuhan akan sumber daya dan fasilitas yang memadai.


Suatu malam, saat mengadakan pertemuan dengan tim pengajarnya, Raeni mengungkapkan kekhawatirannya. “Kita perlu mencari cara untuk mendapatkan dana tambahan. Jika tidak, program ini mungkin tidak bisa berlanjut,” katanya, menatap wajah-wajah yang penuh perhatian.


Salah satu guru seni, Ibu Sari, mengusulkan untuk mengadakan acara penggalangan dana. “Kita bisa mengundang masyarakat untuk menyaksikan pertunjukan seni dan menjual karya-karya anak-anak. Dengan cara itu, kita bisa mendapatkan dana sekaligus menunjukkan bakat mereka,” ujarnya penuh semangat.


Raeni menyukai ide tersebut. “Bagus! Mari kita mulai merencanakan acara ini. Kita harus melibatkan semua anak dan membuatnya istimewa,” jawabnya. Dalam beberapa minggu ke depan, mereka bekerja keras menyiapkan pertunjukan. Setiap anak diberi kesempatan untuk berpartisipasi, baik dalam pertunjukan seni maupun pameran karya mereka.


Di tengah persiapan yang berjalan, Raeni juga mulai merasakan tekanan. Ia harus mengatur segalanya—mulai dari latihan pertunjukan hingga mempromosikan acara ke masyarakat. Ia kadang merasa kewalahan, tetapi melihat anak-anak antusias dan bersemangat membuatnya tetap termotivasi.


Hari acara pun tiba. Raeni berdiri di depan panggung, melihat kerumunan orang yang mulai memadati area pertunjukan. Hatinya berdebar-debar. “Semoga semua berjalan lancar,” pikirnya. Ketika pertunjukan dimulai, Raeni merasa cemas tetapi juga bersemangat.


Anak-anak tampil dengan percaya diri, menunjukkan bakat mereka dalam berbagai bidang seni. Ada yang menari, menyanyi, dan melakukan pertunjukan teater. Setiap penampilan disambut dengan tepuk tangan meriah dari penonton. Raeni merasa terharu melihat anak-anaknya bersinar di atas panggung.


Saat pameran dibuka, anak-anak menjelaskan lukisan dan kerajinan tangan mereka kepada pengunjung. “Lihat lukisan ini, ini menggambarkan impian saya untuk menjadi pelukis terkenal!” ucap seorang anak dengan penuh semangat. Raeni menyaksikan dengan bangga, mengetahui bahwa mereka tidak hanya berbagi karya, tetapi juga cerita dan harapan mereka.


Di tengah acara, Raeni menerima kabar baik dari beberapa sponsor yang tertarik untuk mendukung sekolah seni. Mereka ingin memberikan bantuan finansial dan bahan-bahan seni untuk anak-anak. Raeni merasa lega dan bersyukur. “Ini adalah harapan baru bagi kita semua,” pikirnya.

Lihat selengkapnya