Cahaya Di Tengah Keterbatasan

Andhika Tulus Pratama
Chapter #26

Bab 26: Harapan yang Tak Terputus

Hari-hari setelah pameran seni semakin sibuk. Sekolah seni yang dipimpin Raeni kini semakin banyak dikenal oleh masyarakat. Semangat para siswa pun meningkat, dan mereka tak sabar untuk belajar lebih banyak lagi. Raeni, di sisi lain, merasakan beban yang semakin berat. Ia ingin memastikan semua siswa mendapatkan pendidikan seni yang berkualitas, namun sumber daya yang terbatas menjadi tantangan tersendiri.


Suatu sore, setelah sesi kelas, Raeni berkumpul dengan para pengajarnya di ruang guru. “Teman-teman, saya sangat senang melihat antusiasme anak-anak. Namun, kita juga perlu memikirkan bagaimana cara mengelola pertumbuhan ini,” kata Raeni dengan serius.


Dito mengangguk. “Kita bisa menyusun kurikulum baru yang lebih fleksibel, mungkin dengan memberikan lebih banyak pilihan kepada siswa tentang jenis seni yang ingin mereka pelajari,” sarannya.


Raeni berpikir sejenak. “Itu ide yang bagus! Kita juga bisa mengadakan workshop dengan seniman lokal. Mereka bisa berbagi pengalaman dan teknik yang berbeda dengan anak-anak.”


Rapat itu berlangsung produktif, dan mereka mulai merancang kurikulum baru serta menjadwalkan workshop. Raeni merasa optimis, tetapi di balik senyumnya, ia merasakan tekanan untuk terus berinovasi.


Di hari-hari berikutnya, Raeni menghubungi beberapa seniman lokal yang terkenal dan meminta mereka untuk mengajar di sekolah seni. Banyak yang bersedia, dan Raeni merasa bersyukur atas dukungan yang diterimanya.


Di tengah kesibukan itu, Raeni juga mengingat impian pribadinya. Ia ingin melanjutkan pendidikannya di bidang seni. Namun, dengan semua tanggung jawab yang ada, ia merasa kesulitan untuk menemukan waktu.


Suatu malam, setelah semua siswa pulang, Raeni duduk di mejanya, merenungkan masa depannya. “Apakah aku cukup baik untuk melanjutkan studi?” tanyanya pada dirinya sendiri. Ia mengingat saat-saat sulit di masa lalu, ketika ia merasa tidak berharga. Namun, dengan keberanian yang telah dibangunnya, Raeni tahu bahwa ia tidak boleh menyerah pada impian sendiri.


Keesokan harinya, Raeni memberanikan diri untuk mendaftar di sebuah program pascasarjana di universitas seni terkemuka. “Jika aku bisa mendapatkan beasiswa, mungkin ini adalah kesempatan yang tidak boleh aku lewatkan,” pikirnya.

Lihat selengkapnya