Dengan berjalannya waktu, program beasiswa yang diprakarsai Raeni dan timnya semakin berkembang. Anak-anak yang terlibat dalam program tersebut mulai menunjukkan kemajuan yang signifikan, dan Raeni merasakan dampak positif dari semua usaha mereka. Namun, di tengah kebangkitan semangat itu, muncul tantangan baru yang harus dihadapi.
Suatu pagi, saat Raeni sedang mempersiapkan kelas tambahan untuk anak-anak, dia menerima pesan dari Dito. “Raeni, ada yang ingin kita diskusikan. Aku baru saja mendapatkan kabar buruk. Beberapa orang tua anak-anak yang mengikuti program kita mengeluh tentang biaya transportasi untuk pergi ke kelas tambahan. Mereka merasa terbebani,” tulis Dito.
Raeni merasa cemas mendengar hal itu. “Bagaimana kita bisa membantu mereka?” pikirnya. Dia segera menghubungi Dito untuk merencanakan pertemuan dengan orang tua. “Kita harus mendengarkan kekhawatiran mereka dan mencari solusi bersama,” ucap Raeni, berusaha untuk tetap optimis.
Ketika pertemuan diadakan, suasana di ruang komunitas terasa tegang. Beberapa orang tua terlihat khawatir dan resah. “Kami sangat berterima kasih atas program beasiswa ini, tetapi biaya transportasi untuk anak-anak kami sangat memberatkan,” kata salah satu orang tua. “Kami ingin mereka belajar, tetapi kami tidak mampu membayar setiap kali mereka harus pergi ke kelas.”
Raeni merasa prihatin dengan kondisi ini. “Kami mengerti kekhawatiran Bapak/Ibu. Kami tidak ingin biaya menjadi penghalang bagi anak-anak untuk belajar. Mari kita diskusikan solusi yang mungkin,” jawabnya dengan penuh empati.
Setelah berdiskusi panjang, Raeni dan timnya memutuskan untuk mengadakan program transportasi gratis untuk anak-anak yang mengikuti kelas tambahan. “Kita bisa menggalang dana untuk transportasi atau mencari sponsor lokal yang bersedia membantu,” Dito menyarankan.
Raeni setuju. “Mari kita bicarakan ini dengan para sponsor dan cari tahu apakah mereka mau berpartisipasi. Kita juga bisa melibatkan masyarakat dalam penggalangan dana,” ujarnya dengan penuh semangat.
Selama beberapa minggu ke depan, mereka bekerja keras menggalang dana untuk transportasi. Raeni juga mulai mendekati pemilik angkutan umum lokal untuk menawarkan kerjasama. “Jika kita bisa mendapatkan dukungan dari mereka, anak-anak tidak akan kesulitan lagi untuk pergi ke kelas,” pikir Raeni optimis.
Ketika dana transportasi akhirnya terkumpul, Raeni mengumumkan berita gembira kepada semua orang tua dan anak-anak. “Mulai minggu depan, kami akan menyediakan transportasi gratis untuk anak-anak yang mengikuti kelas tambahan. Kami ingin memastikan tidak ada yang tertinggal,” ujarnya dengan senyum lebar.