Ikan, bila kau temukan tulisan ini beredar di berbagai toko buku, itu artinya aku mengalami banyak kemajuan. Bila kenyatannya bukan begitu, tunggu saja. Firasatku, semesta yang nantinya mengantarkan tulisan ini menuju titik itu. Tepat pada waktu terbaik-Nya.
Tidak. Aku bukan sedang meramal. Yang tertulis di lembaran ini juga bukan sugesti. Hanya saja, aku memercayai apa-apa yang mustahil terjadi. Kecuali, memilikimu. Walau sebelumnya sempat amat yakin akan satu hal itu. Kini tidak lagi. Kupikir kemungkinannya kecil. Biar rasa suka saja yang terawat dalam dada. Bisa jadi begitu seterusnya. Urusan memilikimu aku angkat tangan. Malas memusingkannya.
Aku sungguh masih tidak percaya bisa menghadirkan tulisan ini. Silakan terkejut sesaat. Tapi ... apa iya kau terkejut? Kan adanya sekumpulan aksara ini pusat bertumbuhnya dari ulahmu. Bermula dari ide konyolmu, yang mau-maunya kulakukan. Bahkan, kau adalah saksi pertamanya. Ingat, kan? Ketika aku berkata, “Kabar baik! Aku sudah mulai latihan menulis!” dan sahutanmu cukup dengan satu kata andalan, “Bagus.” Tanpa ada imbuhan kata lainnya. Menyebalkan. Apa masih begitu sampai sekarang?
Kau pun tahu bahwa sebelumnya aku menulis semua ini di kertas. Hingga terbiasa dan merasa paling nyaman di situ. Sesekalinya di ponsel sih. Tapi khusus lembaran ini, sebuah prestasi bisa langsung mengetik dengan laptop. Persisnya, laptop yang sedang kupakai sekarang bukan murni milikku. Ini pemberian darinya. Kau pasti tahu siapa yang kumaksud. Apa kau akan bertanya bagaimana bisa terjadi demikian? Iya, aku tahu kau tentu tidak tahu hal ini atau bahkan tidak mau tahu. Tapi pintaku, bacalah sampai lembaran terakhir. Aku sudah pernah mengabadikan episodenya.
Mau tidak mau aku memakai laptop ini untuk keperluan. Pun adanya tuntutan agar tulisan ini layak diterbitkan. Masa iya aku menyerahkan berlembar-lembar coretan kertasku begitu saja pada penerbit? Tentu tidak lucu. Sayang juga kalau laptop ini tidak dipakai. Dijual apalagi. Dikembalikan pada pemiliknya pun masih mendarat lagi di rumahku. Begitulah singkatnya. Baca selengkapnya di halaman lanjutan saja.
Ngomong-ngomong, sudah berapa lama ya kita tidak saling jumpa? Gilaaa ... menuju satu tahun, Ikan! Itu pun kemudian dipertemukannya hanya satu hari. Hingga kini belum lagi. Bahkan bisa jadi lebih lama dari sebelumnya. Dan aku tidak tahu akan sampai kapan terus puasa mata begini. Kau sungguh masih nihil rindu? Atau justru enggan mengatakan itu?