CAHAYA DILANGIT TIMUR

Fairuza
Chapter #2

Ini adalah awal

Falesya Almahyra, itulah namaku. Aku lahir dalam lingkungan keluarga dengan ajaran agama yang kuat. Ibuku adalah anak seorang kyai di desanya. Ayahku sejak kecil hidup dilingkungan pesantren pula. Tak salah jika mereka mendidik kami dengan gemblengan ajaran islam. Setelah menikah mereka merantau ke ibukota, dan disini lah kami semua dilahirkan. Ya, aku bukan anak satu-satunya disini, aku adalah si bungsu dari 3 bersaudara, jarak antara aku dan kakakku juga cukup jauh, tapi kami dekat satu sama lain mungkin karna kami perempuan semua.

Falesya kecil belum mengerti apa yang dia suka, kemampuan dia, dia hanya melakukan hal-hal yang membuatnya bahagia. Hingga saatnya ia memasuki jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sejak dulu, ibunya ingin ia masuk ke pesantren karna dilihat dari kakak-kakaknya yang enggan untuk masuk pesantren jadi ibunya sangat mengharapkan jika si bungsu mau untuk masuk pesantren. Tapi, aku menolak dengan keras.

"Gamauu buu, aku mau disekolah negri aja, aku gamau kalo masuk pesantren." kataku dengan memohon. "Baiklah, kalo kamu gamau dipesantren tapi harus di Tsanawiyah seperti kakak-kakakmu lainnya." ucap ibu dengan meminum sedikit teh nya.

"Ih.... ibu kenapa di Tsanawiyah? Gamauuuu... Aku maunya di negri bu...."

"Nggak nggak, kali ini kamu harus nurut apa kata ibu, asal kamu tau Fal diluar sana kamu belum ngerasain gimana jahatnya pergaulan, seenggaknya dengan kamu masuk Tsanawiyah kamu sudah dapat bekal buat kedepannya. Lagian Tsanawiyah itu negri kan?" ucap ibu

"Berarti SMA nya bebas yaaa aku milih aku mau di negri kayak kakak-kakak." ucapku dengan sedikit kesal. "Iyaaa... terserah kamu." ucap ibu dengan senyuman yg terlintas dibibirnya

Akhirnya ibu mengurus segala apa yang dibutuhkan untuk pendaftaran di Tsanawiyah dan akhir dari itu pengumuman bahwa aku diterima disana.

Hari pertamaku sekolah, seperti biasa ada kegiatan yang namanya MOS, aku mengikutinya dengan baik dan mulai berkenalan dengan teman-temanku lainnya. Masa-masa MOS adalah masaku mulai mengetahui bagaimana sekolah disini kenal dengan berbagai kegitan hingga kakak kelas terutama kakak-kakak OSIS yang sudah pasti jadi bahan fans adik-adik kelasnya, termasuk aku. Aku mengagumi ketua OSIS disekolah ini, dia sudah kelas 9 karena aku kagum dengan caranya memimpin, seorang kapten basket juga, ganteng lagi, jangan ditanya fansnya, sudah pasti bejibun. Namanya kak Dimas. Aku bukan seperti anak-anak lainnya yang sengaja deket-deket buat cari perhatian tapi aku juga tidak pendiam, aku cukup mengaguminya dari jauh, akupun juga tidak berharap lebih. Selama MOS berlangsung kami mendapat tugas untuk meminta tanda tangan semua kakak OSIS dibuku kami.

"Gubrakkkkk"

"Aduhhhhhh"

"Eh, maaf maaf yaa... Kamu gapapa? Sini kakak bantu" ucapnya, dengan merapikan kertas-kertas yang aku bawa.

Apa dayaku kak Dimas yang selama ini aku kagumin dari jauh, tiba-tiba terpampang dengan jelas didepan mataku. "Oh My God! yang bener aja nih, ini orang nongol depan mata" aku pun tersadar dan langsung memalingkan pandanganku.

"Eh eh iyaa kak, gapapa... akunya aja tadi yang kurang hati-hati. Maaf yaa kak..." ucapku dengan terbata-bata.

"Kamu kenapa? Kok keliatan gugup gitu" kata kak Dimas tiba-tiba.

"Hahh? Gapapa kok kak, cuma mau minta tanda tangan sekalian deh! hehe" kataku seketika. Dan kak Dimas langsung mengambil buku ditanganku dan memberikan tanda tangannya disana.

"Makasii kak" Aku langsung bergegas meninggalkan tempat itu.

"Aduhhhh, kok gak hati-hati sih Fal..... gatau deh itu tadi muka dah merah kek tomat kali " batinku.

Tak lama, masa-masa MOS pun sudah berakhir, aku pun tertarik untuk ikut ekstrakurikuler band dan daftar jadi anggota OSIS.

"Modus nih, ikutan OSIS?" ucap Ana. Dia adalah teman pertamaku disekolah ini dan kami cukup dekat karna rumah kami juga dekat.

Lihat selengkapnya