"Nyonya...." Shoge berlutut dengan tangan di dada. Di depannya, wanita berambut emas itu menyeringai lebar. "Mereka adalah para pengkhianat yang hendak berkomplot dengan para Gelap."
"Nyonya Verna... kumohon ampunilah kami," ucap salah seorang yang Shoge seret dalam jeratan jaring besi. rambutnya kusut, Kulitnya keriput dengan mata yang hampir putih. "Kasihanilah kami, Nyonya. Kami hanya ingin hidup tenang."
Verna berdiri, kemilau cahayanya membuat orang-orang di dalam jaring besi menahan napas. Wanita itu tertawa keras, membuat semua yang ada terdiam. "Tenang? Selama Gelap ada, Umbrya tidak akan pernah tenang. Apakah kalian lupa kalau mereka telah membunuh Luv?" Verna mengangkat tangan dan menggerakkan jarinya. Beberapa kaum Api datang dengan membawa beberapa tahanan yang dikurung dalam sel yang terbuat dari cahaya. Kemudian Verna menatap kaumnya yang terjerat jala besi. "Mereka yang kalian cari, bukan?"
Dengan sekali gerakan, Verna menghempaskan cahaya dari tangan kanannya menuju tahanan di jeruji cahaya. Kaum Gelap itu berteriak histeris. Tubuh mereka menegang hingga cahaya keluar dari mulut, mata dan telinga mereka. Gelap terbakar habis dann musnah menyisakan abu yang berceceran.
"Mereka bukan penyelamat kalian!" Verna mendekati para Terang, kemudian melirik ke arah para penjaga kaum Api yang menyeringai ganas. "Singkirkan para pengkhianat itu!" seru Verrna kemudian berbalik pergi.
Suara teriakan dan jeritan pilu kaumnya yang disiksa Api tidak membuat Verna gentar. Ia justru menikmati saat-saat sakaratul maut mereka. Ketika ia berbalik, hanya tersisa jaring besi yang kosong dengan kelebatan cahaya yang terbang menuju bulatan hitam di langit Umbrya.
"Nah, Shoge. Bagaimana Gelap yang tersisa?" tanya Verna setelah ia kembali duduk di singgasanya yang terbuat dari cahaya putih yang dibekukan.
Rambut Shoge berkibar biru kemerahan. "Kudengar Gelap mencari perlindungan ke arah barat, Nyonya."
Verna meletakkan kedua lengan di sandaran singgasananya. Jemarinya bergerak berirama. "Dan prajurit mereka?" Verna melirik Shoge, meniup rambut panasnya hingga membara.
"Sepertinya ada satu yang berhasil lolos dan belum terlacak," jawab Shoge. Buru-buru ia menjauh dari Verna.
Ujung-ujung bibir tipis Verna naik. Tubuhnya melesak ke singgasana cahaya."Bagus," ucapnya pelan. Sesuai dengan dugaannya. "Dia akan membawanya kembali." Dengan gerakan anggun, Verna berdiri. Ia mengangkat tangan dan beberapa pelayan Terang mendekat, mengangkat gaunnya yang tebal lagi berat menuju ke dalam istana Terang yang berpendar kuning.
Sepeninggal Verna, Shoge berdehem merapikan rambutnya agar kembali tenang. Seorang kaum Api dengan alis gundul menghampirinya. "Tuan... sepertinya Gelap menuju dusun Awan," bisiknya.