CAHAYA HITAM

Keita Puspa
Chapter #17

PERTUNJUKKAN API

Seorang pria yang kekar dengan kulit kemerahan terus berlari menuju sekumpulan anak buahnya yang tengah memergoki penyusup. Rambutnya yang merah terang menjadikannya bergradasi merah-kuning. Sebuah kalung berbandul toples kecil berisi percikan api yang menyala turut bergoyang-goyang seirama dengan gerakan tubuhnya.

“Dimana mereka?” tanya pria itu dengan suara lantang dan bergema memantul dari seberang tebing.

“Mereka lolos!” seru salah seorang anak buahnya sembari menunjuk ke arah dua bayangan yang terus bergerak menjauhi tempat itu.

“Sial!” Pria itu memukul sebuah tiang batu yang berada paling dekat dengannya. Tiang itu pun patah, membuat batu-batu penyusunnya berhamburan ke lantai.

“Kaum Gelap,” desis Shoge. Matanya tak berkedip memandangi dua bayangan yang kabur itu.

“Maafkan kami, Shoge,” ujar seorang anak buah Shoge yang kini berlutut di hadapannya.

“Bersatulah!” perintah Shoge.

Kaum Api pun seluruhnya merapat membentuk tiga lapis lingkaran dengan Shoge di tengahnya. Api muncul dari permukaan kulit para Api itu. Mula-mula warnanya merah kemudian berubah menjadi kuning dan semakin tinggi, hingga akhirnya api itu berwarna hijau kebiruan.

Lingkaran Api itu menghasilkan api yang membumbung tinggi ke angkasa. Beberapa saat kemudian, ketika api itu berubah menjadi biru, Shoge melompat tinggi dan mengambil energi api biru tersebut.

Setelah penyerapan api sempurna, kulit Shoge yang kemerahan tampak berkilat seperti dibungkus oleh plastik. Pria yang sekarang rambutnya berubah menjadi biru itu pun segera melesat menyusul kedua bayangan yang berusaha kabur.

Kekuatan api biru yang dahsyat membuat kecepatan Shoge meningkat hingga 80%. Maka tak heran jika kini ia telah berhasil menyusul apa yang diincarnya.

Suhu tiba-tiba menjadi panas, tetapi tidak ada tanda-tanda cahaya berlebihan. Helvin memperingatkan Serj agar tetap waspada. Namun, detik berikutnya, ia terkena hantaman panas yang membuatnya keluar dari bayangan pepohonan.

“Helvin!” Serj berhenti berlari dan menemukan sesosok pemimpin api yang terasa begitu membakar.

“Shoge.” Helvin bangkit. Ditatapnya Shoge yang kini juga telah menatapnya.

“Aku tak akan melewatkan kalian,” ujar Shoge dengan tangan terangkat. Detik berikutnya, api terbentuk dan menyambar tubuh Helvin.

Serangan Shoge kali ini tidak behasil menyentuh Helvin. Shoge segera melakukan hal yang sama pada Serj tetapi hasilnya sama. Baik Helvin maupun Serj bisa mengelak dengan baik.

“Apa yang kau lakukan pada Verna?” tuduh Helvin.

“Memangnya apa? Kami hanya bekerja sama untuk mewujudkan mimpi. Bagus, kan?” jawab Shoge dengan wajah terangkat.

“Memang apa cita-citamu?” tanya Serj ringan seolah ini adalah percakapan saat minum teh.

“Tentu saja, menjadi penguasa dari semua kaum,” jawab Shoge dengan penuh percaya diri.

“Hah… semua apanya? Kalau Kaum Gelap musnah, kau tidak akan bisa menguasai kami. Cerdas sekali caramu!” sindir Serj.

Telinga Shoge terasa bergetar dan bertambah panas mendengar perkataan Serj. “Diam kau, Gelap rendahan!”

Sekali terayun, api memanjang, menjalar menghampiri Serj yang tidak siap menerima serangan itu. Serj terpental beberapa meter dan mendapat luka bakar di tangan kanannya yang tadi ia pakai untuk bertahan dari api Shoge.

“Nah, tinggal kita berdua saja, Helvin Czernobog. Sudah lama aku ingin bertarung denganmu!” Shoge melangkah mendekati Helvin yang kini telah memasang kuda-kuda.

Lihat selengkapnya