CAHAYA HITAM

Keita Puspa
Chapter #20

SETAN

Seorang lelaki berpakaian putih dengan hiasan perak yang menggantung di pinggiran bajunya berlari terburu-buru menuju sebuah taman terbuka yang sangat terang.

“Aku ingin bertemu dengan Nyonya,” kata pria itu ketika dua orang penjaga dengan kulit membara menghadangnya.

“Apa keperluanmu?” tanya salah satu penjaga.

“Aku ingin memberitahukan hasil penyelidikanku.” Lelaki berpakaian putih itu menunjukkan sebuah tanda yang terukir di pergelangan tangannya.

“Baiklah, Nyonya sedang minum teh di taman utama.”

Mendengar jawaban itu, lelaki berpakaian putih itu bergegas menyusuri jalanan taman yang berbatu-batu. Hiasan-hiasan perak yang menggantung di bajunya bergemerincing saat ia berlari kencang. Setelah beberapa menit berlari, ia semakin mempercepat gerakannya ketika melihat sebuah meja bundar di tengah taman. Badannya bercahaya jingga seiring dengan kecepatan larinya.

“Lapor, Nyonya…,” ucap lelaki itu berlutut di hadapan Verrna sambil mengatur napas.

“Kuharap kau membawa kabar yang cukup penting.” Verna menyeruput teh dari cangkir di tangannya. Kemudian diletakkan cangkir beserta tatakannya dengan hati-hati.

“Sepertinya dua orang Gelap yang kuat itu tengah mengumpulkan sekutu untuk menyerang kita.”

Verna mengetuk-ngetukkan jarinya ke meja. “Sudah kuduga.”

“Lalu, informasi apalagi yang telah kau dapat?” Shoge bicara.

“Helvin memiliki seorang anak yang tinggal di bumi, Tuan.”

“Menarik,” ucap Shoge seraya melirik Verna, “kupikir dia tak bisa melupakanmu, Nyonya Verna. Hahaha,” lanjut Shoge tertawa puas.

“Itu, kan hanya masa lalu, Shoge. Cinta itu adalah hal bodoh yang pernah terjadi pada diri seseorang,” ujar Verna seraya memutar bola matanya. “Apa kau tahu dimana persisnya anak itu sekarang?”

Masih menunduk, lelaki berbaju putih yang ternyata memata-matai Helvin dan Serj itu berkata, “Di sebuah tempat di Bumi bernama Xenter, Nyonya,”

“Bisakah kau membuat portal ke sana?” tanya Shoge antusias pada Verna.

“Kenapa tidak?” jawab Verna dengan kepala mendongak angkuh dan senyuman lebar.

“Kalau begitu, bagaimana kalau kita culik anak itu?” Mata Shoge berbinar.

“Kau yakin?” Sedikit keraguan menyusupi Verna. Ada sesuatu yang ia ingin pastikan.

“Bukankah kau sendiri yang bilang, Nyonya. Helvin lemah pada orang-orang terdekatnya.” Shoge menyeringai puas menampakkan deretan giginya yang rata.

“Ya. Kau benar juga. Dia akan menyerah jika kita melakukan penyiksaan pada anak itu.” Verna kembali mengangkat cangkirnya kemudian menghirup aroma cairan hangat itu.

“Baiklah, akan kukirim beberapa Kaum Api untuk membawanya ke sini.”

Verna mengangguk pelan. Ia kembali meletakkan cangkir setelah menghirup aroma teh dalam-dalam. Bahkan jika itu benar dia, tidak akan ada yang bisa mengubah keadaan. Umbrya tidak akan pernah sama lagi.

Dengan tangan bersedekap, Verna bersiul. Beberapa Kaum Terang menyeret sekumpulan makhluk bercahaya yang terjerat dalam jaring-jaring berwarna emas kemerahan. Dengan anggun Verna berdiri, mendekati jaring-jaring itu dengan langkah panjang. Gaun panjangnya menyapu lantai, membuat bunyi gemerisik saat kain satin itu bergesekan dengan lantai batu.

"Jadi…, mereka adalah para pembangkang juga?" tanya Verna pada tiga Kaum Terang yang kini menunduk dengan sikap patuh di hadapannya. 

***

Tinggal menghitung hari saja, Auglis akan lulus sekolah menengah. Hari ini adalah hari terakhirnya ujian akhir. Meskipun Helvin tidak ada, Auglis tetap menjalani hari-harinya dengan ceria. Memasak dan berbelanja sendiri, mencuci dan sarapan seorang diri bukanlah hal baru baginya.

Helvin memang terkadang meninggalkan Auglis untuk pergi ke luar negeri bersama band-nya. Walaupun kali ini sedikit berbeda karena Auglis tak tahu pasti kapan ayahnya kembali. Setidaknya, ia ingin ayahnya kembali sebelum upacara pelepasannya di SMA. Selain itu, Auglis memiliki sedikit harapan jika Serj juga akan ikut kembali bersama ayahnya. Anggota keluarga baru adalah satu hal yang ia inginkan tapi tak pernah ia bicarakan pada siapa pun.

Suatu malam, entah kenapa, Auglis mengingat percakapannya dengan Serj tentang ibunya. Helvin sangat jarang sekali membicarakan ibunya dan Auglis merasa sedikit bersalah jika bertanya-tanya soal itu. Wajah ayahnya akan seketika muram jika Auglis bertanya perihal ibunya.

 

“Siapa ibuku, Ayah?” Auglis kecil berhenti melangkah dan membuat Helvin menunduk untuk mensejajarkan diri dengannya.

Lihat selengkapnya