CAHAYA HITAM

Keita Puspa
Chapter #27

KENDALI

“Soyl, dibelakangmu!”

Serj mengurung beberapa orang Kaum Api dalam lingkaran kegelapannya. Tidak seperti Terang, mereka lebih kuat dan lebih menyusahkan. Serj mengikat mereka dengan tali hitam miliknya, yang telah ia aliri material gelap. Meskipun mereka memberontak, tetapi akhirnya Serj berhasil menghimpit mereka dengan tembok-tembok hitam yang muncul setelah ia mengumpulkan cukup material kegelapan.

“Terima kasih, Serj,” ucap Soyl sembari melakukan salaman punggung tangan dengan Serj.

Saat itulah, sebuah ledakan dahsyat terjadi. Suaranya begitu keras sampai-sampai pertarungan berhenti beberapa detik. Cahaya terang mencuat dari daratan menuju angkasa seperti pilar raksasa. Sesaat kemudian, pilar cahaya itu pecah, menimbulkan angin yang cukup kencang hingga sampai di tempat Serj dan kawan-kawannya bertarung membawa kabut-kabut hitam yang menyiksa Terang.

“Itu adalah dia, Nak,” ujar Kakano yang muncul dengan tongkat birunya yang menyala.

“Kita harus segera ke sana.” Serj menghempaskan gelombang hitam untuk menghalau Kaum Terang yang akan menyerang mereka dari belakang.

“Kau yang ke sana. Aku akan menahan Kaum Api agar tidak mengikutimu,” ucap Kakano lagi.

“Apa? Aku tak tahu harus bagaimana…,” protes Serj.

“Kau pasti bisa, Serj. Sama seperti ketika dulu kau berlatih menjadi prajurit Gelap. Latihlah dia seperti itu, hanya saja… kau hanya punya waktu beberapa menit untuk mengajarinya mengendalikan kekuatan. Rangkumlah semua yang kau pelajari saat kau mengikuti ujian prajurit Gelap.”

Serj menatap wajah tua Kakano tak percaya. Ia tak akan sanggup merangkum semua hal yang ia pelajari bertahun-tahun.

“Kau pasti bisa, Nak. Lagipula, anak itu hanya mengenalimu di sini.” Setelah berkata begitu, Kakano kembali terbang ke awan dengan tongkatnya yang kini mulai memercikkan listrik biru.

“Ah, ini waktunya. Soyl, berlindunglah! Pak tua itu akan melakukan jurus andalannya,” ujar Serj sambil memasang kuda-kuda.

“Sekarang? Baiklah….!” Soyl masuk ke dalam tanah dan mulai menenggelamkan teman-temannya bersamanya.

Awan-awan hitam di langit bersatu menjadi awan hitam raksasa. Suara gemuruh mulai terdengar seperti raungan seekor monster raksasa. Ketika awan itu mulai bercahaya, Serj berlari secepat kilat. Petir menyambar-nyambar secara bersamaan seiring dengan pergerakan jemari Kakano.

Pria tua itu sedikit gemetaran. Dengan ditopang oleh Kauhi, ia akhirnya menggunakan jurus itu setelah sekian lama.

***

 

 

Ketika Serj mendatangi tempat asal ledakan cahaya, ia menemukan sesosok gadis berkulit putih dengan mata hitam pekat serta rambut merah terang. Di sekitarnya, abu dan arang berserakan disertai asap-asap abu yang tipis.

“Auglis?!” seru Serj tak percaya.

“Siapa kau?” tanya Auglis sedikit serak. Ia memang belum minum selama dua belas jam. Dan penglihatannya kabur karena cahaya berlebihan dari dirinya sendiri.

“Ini aku, Serj!”

“Apa betul?” tanya Auglis menyelidik. Dari penampilanya saja sudah aneh. Serj yang ia kenal tidak sehitam itu—kecuali pas pertama kali ia berjumpa dengan lelaki itu. “Ah, kau….”

Lihat selengkapnya