CAHAYA HITAM

Keita Puspa
Chapter #28

DUET GELAP DAN CAHAYA

“Uhukkk!” Helvin memuntahkan cairan hitam dari mulutnya.

Rupanya ia terkena serangan golok api raksasa Shoge yang berkecepatan tinggi.

“Haha! Sudah kubilang kau akan tamat, Helvin!”

“Jangan senang dulu, Shoge!” Helvin bangkit perlahan, mencoba mencari celah untuk mengalahkan musuhnya kali ini.

Shoge memanglah Kaum Api sejati. Selain tubuhnya, pemikiran dan sifatnya telah mengambil makna dari api itu sendiri. Merusak jika ia dikeluarkan berlebihan. Tanah di sekitar pertempuran mereka telah mengeras, kering seperti tembikar.

Helvin berusaha kembali mengumpulkan kegelapan yang berceceran karena serangan Shoge. Ia bisa saja mengeluarkan lubang hitam tetapi dalam keadaannya sekarang, ia bisa kehilangan kendali atas lubang hitam itu. Lubang hitam bisa menyedot apapun di dekatnya tanpa ampun, termasuk Helvin sendiri.

“Kau tak akan punya kesempatan, Helvin.” Shoge mengangkat tangan. Sebentuk api yang memanjang mengapung di udara. Tidak hanya dari sana, di tanah pun muncul api serupa, begitu juga di sisi kiri dan kanan. Mengurung Helvin dan Shoge di dalam sebuah rangka kubus yang terbuat dari api terang yang menyilaukan.

Perlahan kulit Helvin mulai memucat, “Sial!” rutuknya mengetahui tidak ada area gelap sama sekali di dalam kubus api.

“Bagaimana? Berpikir untuk menyerah?” Shoge mengerahkan tenaganya lebih banyak.

Barisan api-api itu menyala lebih besar dan panas. Api-apinya seolah menari, kelaparan mencari daging untuk pesta barbeque.

Tak ada cara lain bagi Helvin selain menembus salah satu barisan api untuk memperoleh kegelapan dari luar. Meskipun untuk itu, ia akan mengalami beberapa luka bakar.

Tak puas dengan api yang telah mengurungnya bersama Helvin, Shoge membentuk lagi suatu cakram raksasa yang bisa menghancurkan apa saja yang mengenainya. Api itu membuat keadaan semakin terang benderang.

Akan tetapi, tanpa Shoge dan Helvin sadari, sebuah awan gelap bergerak perlahan. Kemudian sebuah kilat yang panjang dan sangat menyilaukan berkelebat. Cahaya dari kilat yang terang itu membuat Shoge beserta apinya membentuk bayangan.

Dengan sigap, Helvin berlari cepat, sangat cepat untuk segera mengumpulkan bayangan-bayangan itu dan membentuk sebuah bola pelindung yang melindunginya dari sambaran api Shoge.

“Helvin!” teriak suara dari atas sana.

Helvin tahu benar suara siapa itu. Ia juga sangat berterima kasih pada Kauhi yang telah mengirimkan kilat besar untuknya. Kemudian suara menggelegar terdengar. Baik Helvin maupun Shoge menutup kuping. Gendang telinga mereka bergetar hebat mendengar suara debuman keras itu.

Melihat Helvin baik-baik saja di balik pelindungnya, Shoge muntab. Dengan sisa kekuatannya, Shoge buru-buru membentuk sebuah pedang raksasa dan mengayunkannya ke arah Helvin.

Masih dalam pelindung, Helvin menghindar. Ia tahu kalau Shoge telah mengeluarkan hampir semua tenaganya. Maka setelah berhasil menghindari Shoge, Helvin buru-buru membentuk pusaran hitam yang menyerupai tornado. Ia mengumpulkan kegelapan lebih dan lebih banyak hingga pusaran kegelapan itu juga semakin besar.

Helvin melemparkan pusaran yang berputar dengan kecepatan yang mengerikan itu kepada Shoge.

“Cih! Kau pikir aku tak akan bisa menghindarinya?” ujar Shoge sambil bersiap untuk menghindar.

“Kanan!” gumam Helvin.

Shoge memang berhasil menghindari pusaran kegelapan itu, tetapi ia tidak tahu jika cakram kegelapan Helvin menantinya tepat di arah ia menghindari pusaran kegelapan. Tubuh Shoge mendarat tepat di depan cakram hitam milik Helvin.

“Aaaggghhh! Terkutuk kau, Helvin!” jerit Shoge sebelum tubuhnya meredup, kemudian hancur menjadi kepingan-kepingan bara api yang menyala.

“Kerja bagus!” seru seseorang dari balik awan.

“Terima kasih, Kauhi. Tanpamu mungkin aku tidak bisa mengalahkan Shoge secepat ini,” ucap Helvin.

“Sama-sama, Kawan.” Kauhi tersenyum ramah. Ia meraih bahu Helvin dan mengguncangnya.

Prok-prok-prok

Terdengar suara tepuk tangan yang cukup kencang. Helvin dan Kauhi melihat siapa yang bertepuk tangan kemudian segera bersikap siaga.

“Hebat! Kau memang Prajurit Hitam yang sesungguhnya, Helvin.”

“Verna,” desis Helvin dengan dua tangan terkepal.

“Kita sepertinya harus melanjutkan duel kita yang tertunda, Helv.” Verna melangkah. Sekujur tubuhnya bersinar dengan amat terang hinga Helvin dan Kauhi tak dapat melihat tubuh wanita itu dengan jelas.

Tanpa basa-basi lagi, Verna memadatkan cahaya yang keluar dari tubuhnya kemudian membentuk ribuan jarum kecil tetapi panjang. Diarahkannya jarum itu kepada Helvin dan Kauhi.

Helvin berhasil menghindar tetapi Kauhi yang telah mengeluarkan banyak tenaga tak bisa bergerak cepat. Beberapa jarum menembus perut dan lengannya. Ia tersentak dan memilih menghindar.

“Kecepatanmu tidak berkurang, ya?” ledek Verna seraya kembali menyerang Helvin dengan ratusan jarum runcingnya yang bersinar.

“Ayah!”

Lihat selengkapnya