Meskipun jasad Helvin tinggal menyisakan abu yang sebagian telah tertiup angin, Auglis tetap mengadakan pemakaman untuk ayahnya itu. Beberapa Kaum Gelap, termasuk Serj, membantunya untuk memakamkan ayahnya seperti manusia.
Tidak ada yang berani protes walau kebiasaan seperti itu tidaklah wajar di Umbrya. Mayat-mayat orang mati di sana dibiarkan begitu saja tertiup angin atau tertimpa debu dan menyatu dengan tanah. Auglis adalah pemimpin Kaum Gelap sekarang, setidaknya sampai saat pelantikannya tiba. Dan pelantikan itu diadakan satu jam lagi.
“Kau tahu, Serj? Harusnya kau yang jadi pemimpin. Bukan aku,” ucap Auglis ketika berjalan pulang dari makam Helvin.
Serj menggeleng, “Kalau aku memimpin, siapa yang akan menjadi prajurit?”
“Yang lain bisa melakukannya.”
“Tidak. Mereka belum mampu untuk menyimpan lubang hitam. Lagipula mereka harus bertemu cahaya hitam untuk menjadi seorang prajurit.”
Auglis menarik napas. Beberapa hari ini ia dijejali pengetahuan tentang Umbrya. Tentang peraturan dan apa saja yang berbeda antara dunia itu dan bumi. Ia tahu bahwa para prajurit Hitam, prajurit Gelap yang terpilih, adalah pemegang lubang hitam yang jika tidak disegel, lubang itu akan menjadi penyebab kiamat di dunia itu.
“Tidak bisakah kau menjadi prajurit Hitam yang memimpin Kaum Gelap? Itu terdengar dua kali lebih keren!”
“Jangan gila….” Serj tertawa lepas. Dua tanggung jawab itu akan menyebabkan dirinya mati lebih cepat karena depresi.
“Jadi, tidak ada jalan lain? Kalau jabatan dobel tidak boleh, kenapa aku harus memimpin dua kaum?”
Serj berhenti melangkah. Ia melihat punggung Auglis yang mungil dengan sedikit sedih. Sepertinya, tanggung jawab itu terlalu besar untuk bahunya yang kecil.
“Kenapa?” Auglis berbalik dan menatap Serj yang tengah berdiam diri.