Semua yang berasal dari kegelapan akan kembali pada kegelapan. Dan semua yang berasal dari cahaya berasal dari kegelapan. Cahaya tercipta karena kegelapan mengalah. Karena hanya kegelapan yang mampu menyerap semua cahaya menjadi kegelapan itu sendiri.
Auglis telah cukup terbiasa tinggal di Umbrya. Gadis itu sudah bisa menerima bahwa dirinya adalah bagian dari dunia itu. Ia telah memaafkan ibunya dan telah mengikhlaskan ayahnya. Namun, ia juga ingin menyelesaikan sesuatu di bumi. Sesuatu yang ia tunggu-tunggu sejak tiga tahun lalu.
“Kau siap?” tanya Serj. Laki-laki itu berpakaian rapi hari ini. Ia memakai celana hitam dan kemeja putih. Pertama kali seumur hidupnya memakai sesuatu selain hitam.
“Aku sangat siap.” Auglis menghampiri Serj dengan gaun sederhana berwarna merah.
Penampilan Auglis sama seperti ketika ia diculik menuju Umbrya. Hanya saja, ia tak bisa mengubah warna matanya yang kini berwarna hitam.
“Ini, untukmu….” Serj memberikan sebuket bunga mawar sembari tersenyum.
“Terima kasih,” ucap Auglis. “Tadinya aku berharap kali ini akan ada anggota keluarga baru yang akan muncul di foto kelulusanku.” Ia melirik Serj. “Memang ada. Tapi aku kehilangan satunya. Padahal kukira kita akan difoto bertiga.”
Serj mengambil tangan Auglis dan meremasnya, berusaha meyakinkan Auglis kalau setelah semuanya, ia akan selalu ada di sisi Auglis.
“Tapi sekarang tidak apa. Kau saja sudah cukup mewakili ayahku. Mungkin memang sudah takdir kalau kelulusanku hanya dihadiri satu saja anggota keluarga,” kata Auglis agak murung.
“Hei, jangan bersedih.” Serj mengelus pipi Auglis pelan. “Mereka datang untukmu.”