“ Selamat pagi, Bu Sada dan Mbak Ti. “ Kina menyapa ceria kedua orang yang tengah sibuk bolak-balik dapur meja makan, menyiapkan sarapan bagi dirinya.
“ Pagi, Nona. “ Jawab Bu Sada segera berlalu menuju dapur.
“ Bagaimana tidurnya, Non. Nyenyak kan ?. “ Swasti atau Mbak Ti, bertanya sambil tangannya aktif menata lima buah piring di meja.
Kina sarapan sendirian, di tengah meja besar dan kursi lainnya yang kosong.
“ Kemarin seprai, sarung bantal guling, gorden baru saya ganti semua, Non. “
“ Karpet, terus pewanginya di kamar Non Kina juga sudah saya ubah. Biar ndak bosan. “
Swasti terus bercerita tanpa mengetahui yang diajak berbicara termenung, membenarkan ucapan Gas mengenai betapa mudah kedua orang tuanya menemukan lalu hanya membiarkan dirinya merasa menang kemudian memaparkan kenyataan di mukanya.
Bahwa kebebasan adalah milik orang lain. Bukan milik Riskina Arushan.
Mengetahui keadaan berubah menjadi kurang kondusif, Bu Sada segera menarik pergi Asisten nomor 2 yang sangat tidak paham apapun mengenai Nona Mudanya.
“ Loh saya belum mengucapkan selamat makan dan menikmati sama Non Kina. “
“ Sudah, diam saja kamu itu. Nona Kina bisa makan tanpa kalimat itu. “
Kina masih bisa mendengar percapakan dua orang yang selalu membantunya ketika berada di rumah, sebelum dinding pembatas dapur dan meja makan kembali ditutup. Menyisakan dirinya seorang yang harus cepat menyelesaikan makan paginya. Agar bisa bersua kerinduan terbesarnya seminggu belakangan ini.
Sayur oseng jamur menjadi yang pertama diambilnya, kemudan disusul ayam goreng mentega Kina letakkan di piring. Mengunyah krupuk berwarna cokelat untuk pemanasan.
Kembali makan seorang diri, kendati semua menu adalah favoritnya sedikit membuat Kina merasa rindu dengan sarapan roti dan air mineral atau nasi uduk dengan teh panas yang ia nikmati bersama keramaian atau kerumunan orang yang bahkan tidak mengenalnya.
Ya, rasanya lebih baik daripada makan sendirian.
Sepuluh menit adalah waktu normal Kina menghabiskan sarapan. Setelah menandaskan piring terakhir berupa sayur sop bakso. Kina berjalan menuju dapur untuk mengambil segelas jus belimbing dan beberapa buah yang telah dipotong dari dalam kulkas.
Bu Sada berjalan tergopoh-gopoh, menyadari Nona Muda kembali nekat masuk dapur. Memang biasanya keadaan dapur akan sepi setelah sarapan disiapkan, hal itu untuk memberi waktu dan kenyamanan bagi para Tuan Rumah dalam bersantap pagi.
Namun hal seperti itu begitu ingin ia langgar. Baginya seluruh peraturan di rumah ini sangatlah membosankan.
“ Aduh, Nona kan bisa memanggil saya. “ Bu Sada gagal merebut botol kaca berisi jus dari tangan Kina.
Tidak kehilangan akal, Bu Sada sudah menjangkau ujung kotak plastik berisi potongan buah-buahan, namun usahanya masih kalah gesit dibandingkan Kina. Segera dimasukannya kotak itu kedalam lemari es, senasib dengan botol kaca beberapa saat yang lalu.