CALIPH

Rizki Ramadhana
Chapter #17

Rais & Abdul Aziz 2002

Di hari ini Rais mendapatkan pelajaran tentang perjuangan. Baginya perjuangan umat Muslim, umatnya, di Amerika bukanlah perjuangan yang bisa dipandang sebelah mata. Sejak tragedi World Trade Center, kehidupan Muslim di Amerika telah berubah dengan sangat drastis. Apa yang dilakukan Amerika di Timur Tengah juga terasa akibatnya kepada Muslim di dalam negeri Amerika.

“Selama berabad-abad, Muslim telah hidup damai di negeri ini. Sekarang kita tidak lebih dari sekedar minoritas. Kita dipandang dengan ketakutan, dan lebih buruk lagi, manipulasi politik. Slogan ‘perang atas terorisme’ menjadi semakin meruncing, seolah itu adalah perang atas umat Muslim. Rumah pertama yang kita kunjungi tadi, kau lihat bahwa mereka sudah memiliki pandangan hitam putih bahwa Muslim adalah teroris dan Islam adalah agama kekerasan. Juga bahwa Islam adalah ancaman bagi kehidupan Barat. 9/11 telah memberikan terapi kejutan pada kita. Yaitu bahwa kita harus memperkuat iman kita dan bersatu sebagai sebuah komunitas, suatu kesatuan.”

“Bukankah sekarang pun Muslim telah menjadi suatu kesatuan?”

“Benar. Lihatlah satu dekade lalu. Berapa banyak orang yang mengenakan sorban di jalanan Amerika? Sekarang di tempat-tempat kebugaran, supermarket, ataupun tempat umum lainnya dapat dengan mudah kita temukan perempuan yang mengenakan hijab. Bahkan perusahaan-perusahaan telah memberikan waktu khusus bagi pegawainya yang Muslim untuk melakukan shalat lima waktu.”

Rais diam, berpikir apakah perusahaan ayahnya juga memberikan alokasi tersebut. Jika tidak, maka mereka sendiri harus malu.

“Setelah serangan 9/11, Muslim harus memperkuat identitasnya. Kita tidak bisa menghindar bahwa kita berada di tengah-tengah masyarakat Amerika. Kita harus lebih terbuka. Kita izinkan siapa pun untuk mengunjungi mesjid, Islamic Centers, atau bahkan acara-acara keislaman?”

 “Harus sampai sejauh itu?”

“Ya, totalitas harus kita lakukan. Kita buka mata Amerika dan dunia mengenai siapa Muslim sebenarnya. Kita lihat sejarah Muslim di negara kita. Kita tidak pernah berusaha untuk benar-benar menjadi “western”. Kita tetap memelihara nilai-nilai yang tidak bisa diubah dari Islam, sambil kita membaur dengan masyarakat negara kita. Kita membuat dunia kita di mana kita bisa dengan nyaman menjalankan ajaran Islam. Apalagi sekarang kita telah memasuki generasi kedua.”

“Maksudmu dengan generasi kedua?”

Lihat selengkapnya