Pada tahap berikutnya, Rais menjadi asisten seorang supir truk. Ia mengangkut pasir dari satu tempat ke tempat lainnya. Supir yang menjadi bosnya adalah seorang keturunan Asia. Diperintahkannya rais untuk memindahkan pasir dari pabrik ke atas truk. Rais harus meloncat, menyekop, dan memanggul karung berisi pasir.
Mereka berkeliling Amerika cukup sering sehingga mengetahui bagaimana kehidupan jalanan antar negara bagian. Beberapa pungutan liar terjadi oleh sejumlah oknum. Menarik bagi Rais tentang bagaimana para oknum ini berusaha mencari uang dengan cara mudah. Terkadang mereka tidur di jalanan. Tidak jarang Rais menyaksikan pencurian truk ataupun mobil.
Meskipun telah menemukan sejumlah sisi gelap dari kehidupan manusia, Rais belum melihat kaitan dari semua yang ditemukannya sekarang dengan ekstremisme agamis.
Apa yang membangun mereka?
Apa yang membuat mereka yakin?
Suatu saat ditemukannya seorang berwajah Arab, mencoba mencuri sebuah mobil. Dalam hitungan detik, ia telah berhasil menyalakan mobil curiannya, sebuah Chevrolet. Namun sial bagi orang tersebut, sebuah mobil patroli telah datang. Mereka menodong orang tersebut.
Rais mengendap-endap dari belakang. Saat sudah dekat, tanpa kesulitan dihajarnya kedua polisi tersebut. Keahlian bela dirinya telah membuatnya bisa melumpuhkan dua polisi bersenjata hanya dalam waktu kurang dari satu menit.
Rais lalu lari menumpang mobil yang dicuri. Ia duduk di sebelah orang yang memperkenalkan dirinya sebagai Nurul. Setelah berhasil menuju tempat yang mereka rasa aman, Rais dan Nurul turun. Rais menanyai asal muasal Nurul. Nurul menjawab bahwa ia adalah seorang imigran gelap, yang datang ke Amerika untuk menjalankan misi “Sang Pemimpin Besar”.
Lambat laun Rais mengerti bahwa Nurul adalah salah satu bagian jaringan ekstremis.
“Aku tertarik untuk bergabung,” kata Rais setelah mereka berbincang.
Nurul tampak mempelajari Rais. Namun melihat Rais sama sekali tidak bertampang kulit putih, ia mengangguk.