CALIPH

Rizki Ramadhana
Chapter #22

Rais 2003

Rais heran bahwa dirinya masih hidup. Bagaimanapun ia telah melakukan sebuah perbuatan keji terhadap seseorang, setidaknya dari sudut pandang kawanan orang yang dibunuhnya. Hukuman bagi pembunuh adalah hukuman mati.

“Mereka akan membunuhnya,” Rais mendengar bisik-bisik di antara orang-orang.

“Bagaimana caranya?”

“Entahlah, menyergapnya saat malam?”

“Tidak bisakah mereka langsung membunuhnya sekarang?”

Rais meninggalkan tempat kasak-kusuk tersebut. Ia menjauh. Namun sebelum ia sempat pergi, seseorang telah memanggilnya.

Ia diminta mengikuti ujian baru.

Betapa tidak menyangkanya bahwa kini ia harus berhadapan dengan beberapa orang sekaligus. Jumlahnya sekitar lima orang. Dan orang-orang ini tampak sangat bernafsu menghabisinya. Rais bisa melihat itu dari sorot mata masing-masing.

Tanpa pemanasan, seseorang maju dan langsung menghajar wajahnya. Rais jatuh, namun bangkit. Kini ia tersenyum.

“Kenapa kau tertawa?” kata penyerangnya.

“Pukulanmu lemah,” jawab Rais.

Si penyerang tampak tersinggung.

Ia bersama dengan beberapa temannya segera menerjang Rais. Rais meladeni mereka dengan semua kemampuan yang dimilikinya. Seluruh pengalaman, keahlian, dan teknik bertarung yang dipelajarinya sejak ia terjun ke dunia kegelapan, dikeluarkannya.

Rais menghindar, menangkis, menahan, lalu menyerang balik. Segala macam pukulan, tendangan, dan terjangan lawan-lawannya tidak ada yang berpengaruh atas diri Rais. Sebaliknya, setiap serangan Rais sangat efisien dan menemui sasaran.

Pertarungan yang memakan waktu cukup lama itu selesai. Semua lawan Rais tumbang. Hanya Rais yang masih berdiri. Setelahnya, tidak lama kemudian, terdengarlah suara tepuk tangan. Rais menoleh. Didapatinya seseorang berdiri.

“Siapa kau?” tanya Rais.

“Seorang teman,”

“Apakah ada teman bagiku di sini?”

“Kau akan membutuhkannya,”

Lihat selengkapnya