Ceramah Ibnu Awwad Di Al Qaeda
2003
Ikhwan sekalian, generasi baru mujahidin sama sekali tidak mengecewakanku. Mereka mungkin masih mentah saat ini. Tapi seiring dengan waktu, mereka akan menemukan kematangannya.
Semua pelajaran hidup telah memberikan kebaikan yang tiada tara pada diri mereka, dan terutama untuk diriku. Mereka adalah generasi terhebat yang pernah kutemui. Semua yang mereka lihat, mereka dengar, dan mereka rasakan, dapat menjadi sebuah pelajaran yang mereka manfaatkan untuk menjadi semakin kuat di masa depan. Mereka juga cepat mempelajari suatu hal.
Di samping itu, pemahaman akan sains dan teknologi memberikan keunggulan bagi kualitas diri mereka yang sangat sempurna. Mereka memiliki fisik yang sangat prima dan kuat. Ini adalah contoh manusia modern yang seharusnya menjadi model manusia masa kini. Tubuh mereka tertempa dengan baik, menjadikan mereka akan sanggup menjalani pertarungan yang seperti apa pun.
Aku yakin pasukan ini akan menjadi andalan kita. Saat ini mereka masih perlu diasah, terutama semangat jihadnya. Tapi aku bisa menjanjikan bahwa mereka adalah penerus kita pada saatnya nanti. Mujahidin adalah berkah Allah yang dianugerahkan untuk kita.
Mereka harus segera menyatu dengan kita, untuk merealisasikan tugas-tugasnya sebagai seorang Muslim.
Bagaimanapun, pekerjaan membunuh orang-orang Amerika dan sekutu-sekutunya adalah tugas bagi setiap Muslim. Setiap Muslim yang mampu, wajib melakukannya. Kita harus melaksanakan tugas kita tersebut untuk membebaskan kota suci Jerusalam dan Mekkah dari kaki tangan Amerika, dan mengembalikannya kepada Umat Muslim. Ini adalah perintah Allah, untuk memerangi orang-orang kafir sebagaimana mereka memerangi kita. Perangi mereka sampai titik darah penghabisan, dan hanya kepada Allah-lah keadilan berada.
Rais & Harun
2003
Pagi yang baru telah tiba. Harun dan Rais kini berdiri di atas lapangan luas dan siap berlatih pertempuran. Matahari bersinar cerah menerpa tubuh mereka yang kukuh.
Rais telah menceritakan kepada Harun tentang apa yang terjadi di WTC, dan ia puas melihatnya. Rais pun diam untuk sejenak, berusaha menikmati aliran udara pagi. Sekaligus memohon ampun atas kebohongannya.
“Apakah kau merasa perlu memiliki andil dalam 9/11?” tanya Harun memecah keheningan alam yang sedang dinikmati Rais.
“Aku merasa bersemangat setiap kali mengingatnya,”
Harun tersenyum.
Ia merasa sangat puas dengan jawaban Rais. Harun lalu mengajak Rais memasuki bangunan utama dari markas rahasia mereka. Di sana telah menunggu kelompok-kelompok tentara, mungkin jumlahnya ratusan, semua sedang berlatih.
Mereka bertarung, menembak, memanah, berkelahi, dan latihan fisik lainnya. Sebagian di antara meraka diajari membaca peta. Rais dan Harun berjalan mengelilingi mereka, ketika semua pasukan sedang berkonsentrasi. Rais merasa orang-orang ini memiliki militansi yang harus ditiru semua orang di dunia.
“Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang...” Harun memulai ceramahnya di hadapan para prajurit usai latihan mereka.
“Kepada kalian para manusia terpilih, yang mengorbankan waktunya siang dan malam demi tegaknya agama ini,” lanjutnya. “Dan merelakan darah serta tubuhnya ke dalam penderitaan. Perang yang harus kita jalani tidak mengenal perdebatan maupun retorika. Tapi hanya peluru yang menjadi alat kita berbicara. Kalaupun kita mengenal diplomasi, maka diplomasi yang akan kita gunakan adalah diplomasi melalui senapan mesin dan meriam. Pembunuhan dan pemusnahan adalah hal yang tidak mungkin kita hindari.”
Rais memandangi Harun.
“Kejayaan Islam tidak akan tercapai melalui perundingan maupun diplomasi damai. Ia hanya bisa diwujudkan dengan senjata, peluru, dan pertempuran.”
“Berjanjilah, saudaraku! Demi saudari-saudari kita yang telah mereka lucuti pakaiannya!
“Berjanjilah, saudaraku! Demi saudari-saudari kita yang telah disobek penutup kepalanya!
“Berjanjilah, saudaraku! Demi saudari-saudari kita yang telah mereka lecehkan!
“Demi saudari-saudari kita yang beriman...
“Bersumpahlah dengan nama Allah, saudaraku!
“Untuk membuat istri-istri orang kafir menjadi janda, dan anak-anak mereka menjadi yatim!
“Untuk membuat orang-orang kafir memohon agar dimatikan!
“Untuk menyembelih orang-orang kafir seperti halnya hewan kurban, dan mengaliri sungai Eufrat dengan darah mereka!
“Bersumpahlah atas nama Allah, saudaraku! Untuk memusnahkan semua pemerintahan tak bertuhan di atas muka bumi ini!
“Untuk membalas semua perlakuan orang kafir terhadap kita, walaupun itu dengan balasan yang lebih keras!
“Mujahidin telah terbunuh, perempuan-perempuan kita telah menjadi janda, anak-anak kita telah menjadi yatim, kepala-kepala perempuan suci telah dinistakan, sementara para perempuan hina justru diberi tahta. Kezaliman telah menimpa para orang suci, kehormatan justru diberikan kepada para penjahat. Lalu perawan-perawan kita dinistakan oleh para pecandu prostitusi.
“Itulah yang terjadi setelah kejatuhan kekhalifahan kita pada tahun 1924, dan setelahnya negara kita dikuasai oleh para penjajah. Walaupun para penjajah telah pergi, namun pengganti mereka adalah orang-orang murtad yang menjadi pemerintah di negara-negara Islam. Orang-orang murtad ini justru lebih kejam dibandingkan para penjajah. Muslim telah dinistakan, dihina, disiksa, dan ditindas di tanahnya sendiri. Dan orang-orang murtad itu menjadi yang paling bertanggung jawab atasnya.
“Mereka, orang-orang murtad, mengirim para pemuda pejuang pergerakan Islam ke penjara dengan tingkat siksaan maksimum dan dilengkapi peralatan penyiksaan yang maksimum juga. Semua disebabkan karena para pemuda tersebut menolak untuk bekerjasama dengan pemerintah yang murtad, juga karena ide para pemuda ini, yang berlawanan dengan kemurtadan pemerintah.
“Tetapi orang-orang murtad itu tidak berhenti sampai di sana. Mereka berusaha memecah-belah umat Islam. Beragam fitnah mereka luncurkan, terakhir kudengar mereka menghembuskan berita bahwa komunisme adalah ajaran Islam dan merupakan filsafat hidup Muhammad.
“Para penjajah dan pengikut orang-orang murtad membangun kembali tentara salib. Mereka melakukannya dengan membangun perusahaan-perusahaan, sekolah-sekolah, serta lembaga-lembaga masonic. Mereka membangun sumber daya manusia yang sia-sia, seperti ilmuwan, sejarawan, insinyur, pengusaha, dan profesi-profesi duniawi lainnya.