CALIPH

Rizki Ramadhana
Chapter #28

Al Qaeda 2004

Ikhwan sekalian, dari tahun-tahun yang telah berlalu, aku menemukan diriku telah mengalami kemunduran secara fisik. Ini tidak lain, pasti karena usiaku yang sudah tidak lagi muda. Aku salah ketika berpikir bahwa kedigdayaanku adalah selamanya. Meskipun begitu, aku tidak kecewa.

Kini aku memiliki para mujahidin yang akan menjadi penerusku. Setiap harinya merela tidak pernah berhenti membuatku kagum. Mereka adalah umat terbaik dari yang terbaik yang pernah aku dapatkan. Sepertinya mereka tidak memiliki batas kekuatan.

Semula kupikir bahwa aku harus menjaga diriku dari harapan-harapan palsu. Aku tidak ingin kecewa seperti yang sudah kualami dengan beberapa orang. Dengan pasukanku sekarang, aku yakin tidak akan mengalaminya. Tidak ada orang yang kutemui sejauh ini, yang bisa menyamai semua keunggulan dan potensi mereka. Mereka adalah pengecualian dari umat kebanyakan.

Andai saja sejak dulu kutemukan orang seperti mereka, maka aku akan hidup lebih nyaman tanpa rasa khawatir. Sejauh ini baru generasi sekarang yang bisa memberikanku kenyamanan seperti sekarang ini. Mereka akan membuktikan harapanku dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi.

Mungkin di antara mereka ada yang pernah menjadi seseorang yang mengecewakan di masa lalu. Tapi itu hanya masa lalu mereka. Aku percaya pada mereka dan aku yakin mereka akan dapat menghadapi semua hal yang menjadi tantangan bagi diri mereka di masa depan. Mereka tidak akan gagal, dan aku yakin itu.


Rais

2004

 

Terkadang Rais sering bertanya-tanya mengenai keberadaan Ibnu Awwad. Sang penyelamat umat misterius ini hanya sekali-sekali muncul ke permukaan. Ia bahkan belum pasti apakah benar-benar tinggal di tempatnya menempuh latihan atau tidak. Terkadang Ibnu Awwad muncul dan memperhatikan pasukannya berlatih. Terus begitu tanpa bereaksi. Ia jarang berbicara ataupun menimbulkan suara-suara yang tidak perlu. Tapi kehadirannya begitu terasa.

Seperti pagi ini, Ibnu Awwad menyaksikan Rais sedang berlatih dengan pakaian lengkap. Rais sedang menghadapi seniornya yang sepantar. Seseorang memanggil Rais dan membuyarkan konsentrasinya. Segera setelah konsentrasinya buyar, lawannya pun menghajar Rais habis-habisan.

Rais tumbang.

Semula Rais berpikir bahwa yang memanggilnya adalah Ibnu Awwad. Tapi ia segera menepis pikiran itu.

Ternyata itu adalah suara dari Harun Bashar.

Setelah ia mengetahui asal sumber suara, didapatinya Ibnu Awwad telah pergi.

Harun Bashar mendatanginya.

“Kau masih belum sepenuhnya menjadi seorang mujahidin,” kata Harun kepada Rais.

“Mulai lagi!” perintah Harun.

Maka Rais pun mulai menyerang lawannya. Mereka saling memukul, menendang, menahan, menangkis, dan Harun mengawasi pertarungan mereka.

Mereka berlatih sangat intensif sehingga Harun pun terlibat dalam pertarungan yang sengit tersebut.

Latihan spionase tidak pernah luput dari agenda. Terutama soal kemampuan menjaga rahasia. Tidak boleh ada keluarga atau rekan sedekat apa pun yang mengetahui rahasia pergerakan. Misi yang diemban seorang mujahidin tidak boleh bocor kepada siapa pun.

Para mujahidin diajari tentang pengalaman tentang seorang mata-mata Jerman pada perang dunia kedua yang hidup berdua dengan saudara perempuannya. Teman si mata-mata menulis surat kepada saudara perempuannya dan mendapati bahwa si saudara perempuan mengetahui tentang misi rahasia si mata-mata. Hal ini menyebabkan sejumlah rahasia Jerman jatuh ke tangan Inggris.

Mereka juga mendapat penjelasan bahwa kegiatan spionase telah dilakukan oleh Umar Bin Khatab. Umar Bin Khatab mengajarkan bahwa jika mujahidin mendarat di area musuh, maka mujahidin harus memata-matai musuh tersebut.

Lihat selengkapnya