Warga menangkap si pria dari langit sebelum orang malang itu sempat pergi. Mereka menyalahkan si pria dari langit atas meninggalnya orang-orang mereka. Si pria dari langit dianggap sebagai pembawa wabah penyakit yang menewaskan orang-orang di sana.
Si pria dari langit diusulkan untuk segera menerima hukuman.
Dari rapat warga, diputuskan bahwa si pria dari langit harus dipanggang di bawah sinar matahari dengan tangan dan kaki terikat, dan ditinggalkan di tengah-tengah bukit.
Selama beberapa hari, si pria dari langit menahan penderitaannya. Walaupun demikian, ia berusaha untuk tetap hidup. Tanpa pernah diduganya, Dajjal datang saat tidak ada lagi yang mengawasi si pria dari langit menjalani hukumannya. Mungkin mereka mengiranya sudah mati. Dajjal memberinya minum dan membasuh luka-lukanya. Bersama, mereka pergi dari tempat terkutuk itu.
Beberapa halaman kembali hilang. Lalu narasi selanjutnya berbunyi dengan keterangan yang kurang jelas.
Dalam kemarahan dan kegilaan yang sangat terpancar dari mata si pria dari langit, ia membunuh Dajjal.
Di situ, narasi berakhir.
Rais menyandarkan dirinya di kursi lalu mulai berpikir. Narasi yang ia baca terputus-putus.
Bagaimana mungkin sip ria dari langit tiba-tiba membunuh Dajjal yang dari narasi sebelumnya justru sedang berusaha menyelamatkan jiwanya.
Lalu, siapakah si pria dari langit?
Tentu bukan Ibnu Awwad.
Ini seperti legenda di masa lalu, jauh sebelum masa modern.
Mungkin saja terjadi di masa Ottoman.
Lalu kenapa ia disebut sebagai “pria dari langit”?
Apakah ia memiliki keahlian tertentu, atau bahkan mendekati mukjizat?