CALIPH

Rizki Ramadhana
Chapter #41

Intrik

Pada pukul sembilan pagi, keesokan harinya, Malikha mendapati berita di New York Times bahwa Hoetomo, inc. telah kembali aktif di bidang pengembangan teknologi tinggi dan mengambil peran besar dalam bisnis tersebut.

Siang harinya, sejumlah televisi dan koran Amerika Serikat telah membuat janji wawancara dengan para petinggi perusahaan untuk mendapatkan berita terkini tentang aksi korporasi yang akan dilakukan. Rais memperhatikan fenomena tersebut dari televisi sambil tersenyum.

Bahkan koran-koran lokal di sejumlah kota memasukkan aksi korporasi Hoetomo dalam berita mereka, walaupun bukan berupa tajuk utama. Sejumlah radio juga memberitakan aksi tersebut dalam sesi jeda mereka. Meskipun sejumlah televisi tidak terlalu memberi porsi kepada berita ini, karena merupakan saingan dari Hoetomo, inc.

Salah seorang reporter televisi bernama Jill Baker mengatakan kepada suaminya bahwa tidak terlalu penting mengambil berita tentang permainan yang diambil Rais saat ini.

“Tidak ada gunanya, berita ini tidak terlalu penting, tidak akan memberi rating apa pun.” Kata Jill.

“Maksudku, aku ingin berita tentang seorang pria tampan dan terkenal, seperti Mr. Grey yang dramatis. Tapi memang pria seperti itu adalah serigala. Berbicara dengannya sama saja dengan menawarkan diri kepada sarang kebinasaan. Walaupun ia adalah pria yang manis dan pengertian, tapi rumahnya selalu kosong.”

“Siapa itu Mr. Grey?” tanya suaminya.



Malam harinya, Rais menyalakan televisi untuk melihat semua berita tentangnya. Malikha juga ada di sana menemaninya.

“Kau telah membuat New York, bahkan Amerika, cukup menaruh perhatian atas aksimu.” Kata Malikha.

“Mereka mendapatkan gairah dan apa yang mereka inginkan. Aku harus memberi mereka salut atas semua itu.”

“Apakah semua berjalan sesuai rencanamu?”

“Masih, tapi ini belum masuk ke dalam rencana utama.”

 

Rais mengenakan peralatan memanjat yang diberikan Aisha untuknya, dan bergantung lima puluh kaki di atas permukaan sumur. Ia menancapkan paku kepada dinding untuk pijakannya. Penerangan muncul dari lampu-lampu yang dipasangnya di tubuh dan kepala.

“Oke.” Kata Rais.

“Kita coba.” Lanjutnya.

Malikha menyalakan lampu laborarorium.

“Ternyata kau sudah menyelesaikannya.” Kata Malikha.

Lihat selengkapnya