Calon Imam

Fadhillah Hanum
Chapter #3

3. Galau Itu Karena...

Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Semilir angin meniup wajah Fei. Gadis itu menguncir tinggi rambutnya. Menyisakan sedikit anak rambut pada tengkuk yang terbuka. Seharusnya Fei sudah menjelajahi alam mimpi saat ini. Tetapi ia malah asik memandang segaris lengkung cahaya di langit dari teras rumahnya.

"Belum tidur, Fei. Anak gadis ngapain sendirian di sini? Nggak baik, tauk."

"Lihat tuh, Ma." Fei menunjuk bulan yang masih segaris itu. "Ternyata yang indah bukan cuma purnama, ya?"

"Iya. Ini baru hari kedua bulan Rajab. Bentar lagi Sya'ban, terus Ramadhan. MasyaAllaah... Seneng Mama." Ratna ikut memandang langit. Menikmati desauan angin yang meniup dahan-dahan. "Eh, kamu udah kelar belum ganti puasa? Kalo enggak, besok ikut puasa bareng Mama."

"Iya, Ma. Masih hutang dua hari."

"Ya, udah. Langsung tidur sekarang. Entar susah lagi dibangunin sahur."

"Iya, Mama duluan. Fei masih mau di sini. Ngitungin bintang."

"Cieee ..., kayanya anak Mama seneng banget habis disamperin calon imamnya. Tuh, mukanya merah. Bener kan, pilihan Mama enggak bakal salah. Rey itu, udah ganteng, sholeh, sopan, berpendidikan, mapan lagi. Mama yakin, dia bakal bahagiain anak Mama." Ratna mengusap rambut Fei.

"Idiiih, apaan Mama. Orang Fei enggak mikir apa-apa," bohong Fei.

Beberapa jam yang lalu pertemuan itu terjadi. Tante Marwa, Om Hasyim, dan kedua anak mereka, Rayhan dan Habibi, mencairkan suasana yang Fei pikir akan se-sakral pertemuan-pertemuan dua calon keluaraga pada umumnya. Mereka keluarga yang asik dan berpikiran terbuka. Fei yakin akan bahagia menjadi bagian dari mereka. Namun satu yang menjadi pikiran buat Fei, Rayhan adalah seorang duda.

"Ma ...."

"Hm ...."

"Emang harus banget ya, kawin ama Rayhan?"

Lihat selengkapnya