Fei meraih ponselnya di meja. Pukul delapan belas tertera di sudut kanan atas layarnya. Gadis itu mengembuskan napas panjang. Kemudian berdecak tak sabar. Ia kembali menatap ponselnya dan mengetikkan sebuah pesan di sana. Namun pesan itu urung dikirimkan pada nomor tujuan. Beberapa menit kemudian, ia memperbaiki tulisannya dan memencet tombol send dengan cepat.
[Jadi jemput enggak, Bang?]
Tanda centang dua abu-abu pertanda pesan itu belum terbaca penerima di sana. Juga beberapa pesan sebelum itu, masih berwarna sama.
"Ish! Nih orang gimana sih?, Ck!"
Fei keluar dari pergudangan tempatnya bekerja. Lantunan ayat suci Al-Qur'an sayup-sayup terdengar dari pengeras suara masjid, tanda sebentar lagi waktu maghrib tiba. Fei menerima panggilan dari pengemudi online, memastikan lokasinya penjemputannya.
***
Begitu sampai di rumah, Fei menghempaskan tubuhnya ke sofa bed di ruang tengah. Ratna menekan tombol power pada remote televisi, menghentikan sinetron favorit-nya saat mendapati muka 'bete' Fei.
"Anak gadis Mama kenapa?"
"Enggak kenapa-kenapa."
"Enggak kenapa-kenapa kok mukanya kusut gitu?"
"Rayhan tuh, sebenarnya serius enggak sih, sama Fei."
"Lho? Kenapa? Kalian berantem? Baru juga dua minggu jadian. Emang ada apa? Cerita dong, sama Mama."