CALYPSO IS DOWN

Efi supiyah
Chapter #2

TUHAN, BETAPA MANISNYA DIA!


Malu-malu Evita menikmati nasi bungkusnya. Tepat di depannya, lelaki tampan berkumis tipis yang tadi telah menolongnya juga tampak serius menikmati nasi bungkus miliknya.

"Habiskan makananmu! Kalau minumnya habis, botolnya bisa kamu isi ulang dengan air galon!" ujar lelaki itu seraya menunjuk dispenser di samping filling cabinet di sudut ruangan.

Evita hanya mengangguk karena ia baru saja menyiapkan sesendok nasi ke dalam mulutnya dan mengunyah perlahan.

Terdengar pintu dibuka dari luar, seseorang masuk begitu saja, mengagetkan keduanya yang masih sibuk menunduk menghadapi nasi bungkus masing-masing.

"Permisi Pak Pram! Saya pikir kantor lagi kosong!"

"Oh, Pak Heru! Mari Pak, silahkan! Kami juga hampir selesai kok!" sahut lelaki yang dipanggil Pak Pram terlihat membersihkan sendoknya menggunakan kertas pembungkus nasi sebelum melipatnya rapi dan membuang ke tempat sampah tertutup di samping dispenser air minum. Sementara sendoknya ia letakkan begitu saja di atas meja.

Dari balik punggung Evita, lelaki yang disapa Pak Heru menunjuk Evita dengan tatapan bertanya yang hanya dijawab Pramono dengan senyuman.

"Permisi, saya hanya mau ambil surat perintah dari kantor pusat!" ujar Heru seraya berjalan mendekati filling cabinet dan mengambil satu map dari dalam lacinya. Kemudian buru-buru keluar kantor setelah mendapatkan yang ia butuhkan tanpa bicara apa-apa lagi.

"Kalau sudah selesai, tolong cucikan sekalian sendok saya ya, ... eh iya, namamu siapa?" Pramono bertanya setelah meneguk air minum dari gelasnya.

"Evita, Pak! Eh, emm dimana saya bisa mencuci sendoknya?" tanya Evita sambil melipat kertas bekas pembungkus nasi dan membuangnya di tempat sampah,menirukan apa yang tadi dilakukan Pramono.

"Di dekat pos keamanan samping pintu keluar karyawan ada wastafel dan sabun cair. Kamu bisa cuci sendoknya di sana, Ev!" jelas Pramono.

"Baiklah. Emmm, terima kasih ... Pak Pram!" ujar Evita setelah mengeja nama yang tertera pada emblem di ujung pita biru yang melingkari leher lelaki tampan itu.

"Sama-sama, Ev! Jarang-jarang ada yang mau menemani saya makan siang di kantor kayak tadi!" sahut Pramono masih dengan senyum manis yang terukir di bibir berkumis tipis miliknya. "Tapi mulai besok jangan sampai lupa sarapan sebelum berangkat kerja ya!" pesannya sebelum memberi isyarat pada Evita untuk pergi mencuci sendok bekas mereka makan.

Oh Ya Tuhan! Betapa manisnya! Batin Evita yang entah karena perutnya yang sudah kenyang atau gara-gara melihat senyum Pramono yang mampu menjadi mood booster baginya, membuat Evita merasa begitu bersemangat.

Setelah mencuci dua sendok itu bersih-bersih, menyabuninya berkali-kali, mengeringkannya lalu membungkusnya dengan kertas tisu yang ia minta dari pos keamanan. Lalu mengembalikannya dalam keadaan terbungkus rapi ke meja kantor SM yang sudah kosong. Pramono sudah tak terlihat lagi di kantornya entah pergi kemana.

Dengan perasaan sedikit kecewa Evita segera berlalu menuju ruang M. Sebuah ruangan cukup luas dengan deretan loker penyimpanan barang-barang pribadi dan tempat teman-teman kerjanya yang masuk shift pagi beristirahat.

Di dalam ruang M ia melihat beberapa orang yang masih mengenakan setelan putih hitam duduk bergerombol di salah satu sudut ruangan.

"Hai, Vit! Sini!" Evita mencari arah suara yang memanggil namanya. Bersandar di loker terlihat Nurul melambai ke arahnya. Setelah melepas sepatu dan meletakkannya di rak khusus di dinding luar ruang M, Evita bergerak mendekati Nurul. Seniornya di konter obral.

"Sudah dapat loker?" tanya Nurul setelah melihat Evita mengambil tasnya dari atas meja.

"Belum Mbak!" sahut Evita.

"Itu ada loker kosong di samping lokerku! Pakai saja! Kuncinya nanti aku ambilkan di ADM! Lokermu yang C21 ya, lokerku C22!"

Evita hanya mengangguk seraya mengambil tempat di samping Nurul.

Lihat selengkapnya