Terik matahari jam satu siang membuat orang malas untuk keluar rumah. Keadaan Pandawa juga terbilang sepi siang hari itu.
Evita yang bertugas di penitipan barang menggantikan Margaretha juga bingung mau kerjakan apa. Sebagian kotak penitipan juga terlihat kosong, hanya beberapa saja yang terisi tas ataupun jaket milik pengunjung.
"Hei, tetangga baru! Nitip jaketku ya, boleh?" Terdengar suara seseorang saat Evita menundukkan kepala untuk membersihkan sepatunya hitamnya dengan kertas tisu.
Saat Evita mendongak, seorang lelaki paruh baya dengan wajah yang dipenuhi bulu yang tumbuh tak beraturan tersenyum ramah ke arahnya.
"Tentu, Pak! Jaket saja?" balas Evita tak kalah ramah seraya menyerahkan sekeping plastik mika seukuran kartu pengenal, tebal bertuliskan angka sesuai nomor kotak penyimpanan.
"Sekalian ini deh!" ujar lelaki itu menyerahkan gulungan koran ke arah Evita.
"Boleh pinjam buat saya baca selama bapak belanja?"
"Boleh dong! Jangan panggil bapak, kita kan tetanggaan. Kamu gak tau ya? Padahal saya selalu lihatin kamu kalau pas pulang kerja lewat depan rumah loh. Panggil saya Abah Azam!" papar lelaki itu seraya menyodorkan telapak tangannya mengajak salaman, "nama kamu siapa?"
"Evita!" jawab Evita singkat seraya buru-buru menarik tangannya saat merasakan jari-jari si bapak brewok menggelitik genit telapak tangannya.
"Oh, Evita. Manis namanya, semanis orangnya," rayu si brewok kian genit. Sementara Evita langsung mundur menjauhi lemari penitipan yang memisahkannya dari si brewok.
"Selamat berbelanja, Abah Azam!" sahut Evita kehilangan keramahannya sekaligus berusaha mengusir si brewok agar segera berlalu.
"Oh iya, di mana saya bisa belanja kemeja yang harganya terjangkau tapi kualitasnya bagus ya, Vit? Saya butuh satu lusin buat dibagi ke anak buah saya buat bonus tahun baru. Mumpung masih ada waktu sebelum akhir tahun!" jelas Si bapak brewok bernada sombong.
"Langsung masuk saja, Abah. Di konter obral kemarin datang kemeja model terbaru dengan harga murah. Mulai Rp 15. 900,- sampai Rp 19. 900,-!" pungkas Evita mulai sebal.
Akhirnya si brewok menjauh juga diiringi hembusan napas lega Evita.
***