Evita melanjutkan makan siang tanpa dapat menikmatinya, dibawah tatapan mata penuh intimidasi dari lelaki yang duduk di sampingnya.
Menit-menit berlalu terasa begitu lambat. Suasana sekitar kembali sepi seperti saat pertama Evita menapakkan kaki di ruang tamu rumah Era.
Terdengar derit suara pintu yang terbuka dua rumah dari rumah Era. Dari tempat tempatnya duduk, melalui pintu yang terbuka lebar Evita dapat melihat seorang lelaki keluar dan berjalan ke arah rumah Era. Dibelakangnya seorang lelaki lain yang entah dari mana terlihat membuntuti.
Keduanya berhenti sejenak di depan pintu rumah Era. Salah satunya memberi isyarat pada lelaki yang duduk di samping Evita untuk pergi, sebelum melanjutkan langkah mereka.
Tanpa semangat Evita menyudahi acara makan siangnya. Meremas bungkus nasi yang masih menyisakan hampir separuh isinya, lalu memasukannya kembali ke dalam kantong kresek hitam seperti semula.
Tanpa ada seorangpun yang mengeluarkan suara membuat suasana ruang tamu Era terasa kian gerah.
Untuk menghilangkan kecanggungan sekaligus membasahi bibir dan kerongkongannya yang kering, Evita mengambil gelas besar di depannya dan meneguk isinya.
Begitu Evita menaruh kembali gelas yang masih berisi separuh itu di atas meja, lelaki di sampingnya segera menyambar ke dan langsung menenggaknya hingga tandas.
Seketika Evita merasa isi perutnya seolah teraduk-aduk. Susah payah ia berusaha menahan diri agar tak muntah.
Sementara lelaki di samping Evita yang seolah mengabaikan keberadaan Era dan Evita yang duduk mengapit dirinya, segera mengeluarkan sesuatu dari balik bajunya. Sebuah dompet wanita yang terlihat tebal telah berada dalam genggaman tangannya. Menguras seluruh uang yang berada di dalam dompet itu dan memindahkannya ke dalam saku celananya. Dan dompet yang sudah tak berisi uang sama sekali kecuali beberapa barang yang lelaki itu anggap tak penting langsung ia masukkan ke dalam kantong plastik hitam tempat Evita menaruh sampah bekas makan siangnya.
Sesudahnya, dengan santai lelaki itu melepas jaket dan mengembalikannya ke tempat semula. Lalu seperti tak terjadi apa-apa ia melenggang keluar setelah sebelumnya menepuk bahu Evita dan mengusap rambut cepak Era.
"Saudaramu, Er?" tanya Evita setelah tak terdengar lagi langkah kaki si pencopet.