“Terima kasih.” Aku menepuk pundaknya.
Dorlan membungkuk sambil mengangguk. Mungkin dia sekarang lega karena aku belum sempat memuntahkan isi kebun binatang ke wajahnya. Sesi menghardik yang biasa aku lakukan di mana pun, terlewati. Dorlan beruntung malam ini.
Aku melangkah ringan menuju lobi dan menuju lift yang telah disediakan pihak penyelenggara. Aku disambut manajer hotel, Dito Irawan. Dia menyambutku begitu hangat di depan lift.
“Selamat malam, Pak Barus. Anda tampak bersinar malam ini. Sudah bersiap menerima penghargaan lagi, Pak? Yang ke ....”
Dito Irawan sengaja tidak melanjutkan kalimatnya. Aku tahu dia sengaja membiarkan aku menanggapinya. Aku rasa dia belum terlalu pikun untuk mengingat setahun lalu, bahwa Barus Farma Tbk meraih penghargaan pada dua kategori. Aku pun mengira dia hanya ingin menyanjungku.
“Tiga,” jawabku datar.
“Tahun ini sepertinya industri farmasi kembali saling berlomba. Terutama setelah Anda menaklukkan Pelabuhan Barus. Selamat sekali lagi, Pak.”
Aku menyambut tangannya sekali lagi. Dito menemaniku mengobrol hingga ke lantai 5 tempat acara berlangsung. Begitu pintu terbuka para awak media sudah menunggu. Seseorang yang sudah sangat aku kenal berada di dalam kerumunan itu. Pria yang pernah mengikuti ekspedisi bersamaku.
“Selamat malam, Bos. Apa kabar?” tanyanya basa-basi.
“Malam. Kutengok bukan cuma rambutmu saja yang panjang, jambangmu pun tambah lebat. Tak punya pisau cukur kau atau tak sempat ke barbershop?” ujarku menyindir.
“Aku tunggu calling-an, Bos. Biar dompetku tebal lagi. Anyway, target berapa kategori, nih, Bos?” tanya Eka Sakti, sang wartawan.
Aku menautkan kedua alis, berpikir beberapa detik sebelum aku lantang berucap, “Lima cukup!”
Para awak media lain melongo mendengarku begitu jemawa menargetkan penghargaan malam ini.
Salah seorang awak media bertanya, “Pada kategori apa saja, Pak?”
“Corporate Image,” ucapku lantang.