ROMANTISME KELAM
“Arin!” panggilku ketika berada di lobi hotel usai acara.
Wanita berkebaya hitam itu menghentikan langkahnya, lalu buru-buru balik badan. Aku mendadak terkesima dan hilang kendali pada mataku. Aku bergeming dengan mata tak lepas dari tubuhnya yang indah itu, apalagi bagian punggungnya yang sedikit terbuka. Sumpah! Fokusku mendadak buyar. Entah apa yang ingin kuucapkan barusan.
“Apa?” Arin sudah di depanku dan menatapku intim.
“Em, seharusnya–“
“Seharusnya Karya Anak Bangsa milik Barus? Karena cuma Barus yang sanggup melakukan ekspedisi dan menghasilkan bermacam inovasi?” Kedua jarinya bergerak bersamaan dengan kata “bermacam inovasi”.
“Apa maksudmu? Perlu aku ingatkan bagaimana aku dan tim menjalankan ekspedisi yang penuh intrik itu?”
Arin semakin mendekat. “Itu hanya lelucon orang yang iri padamu. Tapi kamu jangan lupa siapa yang menyokongmu dalam ekspedisi itu.”
Aku mendengkus dan mengalihkan tatapanku.