Can I Be The One

Liza Aprilia Y
Chapter #5

Salam Perpisahan Yang Bagaimana?

Seminggu setelah hari itu aku membawa Sam main ke rumah. Sengaja, supaya Sam bisa menjelaskan bahwa yang aku ceritakan kepada mama dan papa itu bukan khayalanku saja. Bang Reza pun yang menertawaiku kemarin menjadi malu sendiri mendengar Sam menjelaskan dengan detail tentang perjumpaan kami. 

"Kan Sabrina gak pernah ngayal," sombongku kepada bang Reza.

Bang Reza dan Sam memiliki hobi yang sama, yaitu bermain gitar. Jadilah mereka makin akrab, ditambah lagi kami satu SMP. Sampai-sampai Sam diajak bergabung dalam bandnya bang Reza. Meski sudah kularang, Sam tetap saja termakan rayuan bang Reza. Padahal bang Reza dan kawannya bandel semua, bisa-bisa Sam yang selalu bersikap lembut kepadaku menjadi kasar karna sering bergaul dengan bang Reza.

Tapi Sam adalah Sam. Dalam kondisi apapun Sam tetap menjadi dirinya. Syukurlah. Sam dan aku kini menjadi lebih dekat. Bahkan terkadang ketika istirahat kami selalu bercerita berdua, meski Sam berada di kelas 7I dan aku 7G tidak menghalangi kami untuk tetap bertemu.

Selama SMP aku dan Sam bersahabat tanpa ada bumbu-bumbu lain. Bahkan akulah yang mendekatkan Sam dengan Mila kawan sekelasku. Sam suka pada pandangan pertama dengan Mila. Sam pernah bertemu Mila di suatu swalayan. Kemudian Sam kembali melihat Mila waktu upacara bendera, sangat bahagianya Sam mengetahui bahwa ia dan Mila satu SMP. Terlebih lagi Mila adalah kawan sekelasku, jadi kesenangan Sam semakin bertambah.

Aku dan Mila tidak terlalu dekat, jadi sangat sulit mendekatkan Mila dengan Sam. Ku dengar Mila menyukai musik. Berita tersebut langsung aku sampaikan kepada Sam. Dan setelah itu wajah Sam sering kulihat di pentas sekolah. Sam sering mengikuti pensi dan acara-acara sekolah lainnya. Ngapain lagi, kalau bukan main gitar sekaligus tebar pesona.

Penggemar Sam semakin banyak saja. Terlebih lagi di semester depan Sam berencana menjabat menjadi ketua osis. Sam memang sangat gigih mengejar keinginannya. Terutama keinginannya untuk dekat dengan Mila. Mila dan Sam memang sudah dekat, sudah sering pulang bersama, namun belum ada kabar mereka sudah jadian.

"Aku gak mau terburu-buru Sab, bahkan rasanya pas aku SMA aja kali ya nembak Mila?" kata Sam.

Aku mengecilkan volume tv.

 "Kalau gitu ngapain kamu dekatin dia sekarang? Itu namanya kamu gantungi dia!" ucapku menceramahi Sam.

"Ha emang begitu ya? Tapikan Sab, masa SMP udah pacaran? Gak etis aja, iya gak?"

"Gak etis gimana? Etis-etis aja kok. Bang Reza aja udah punya pacar tuh." Mataku mengarah ke bang Reza yang lagi makan.

"Ye bang Reza kan udah SMA!"

"Kamu juga udah mau SMA! Setahun lagi sih!"

"Ya jadi gimana dong?"

Aku mengambil segelas sirup yang ku bikin tadi. "Aelah Sam!" Ku minum sirup tadi hingga isinya tinggal seperempat gelas. "Jangan dibawa ribet deh Sam. Kalau kamu mau, lakukan. Kalau gak mau, ya gak, udah gampangkan?"

"Hm ..." Sam bergumam panjang.

"Ingat jangan dibawa ribet!"

Lihat selengkapnya