Mungkin takdirkan membawamu padaku, kau kan tahu suatu saat nanti. Lirik lagu dari The Overtunes selalu melekat di kepalaku. Kalau sudah takdir yang jauh akan bisa dekat. Kalau bukan takdir yang jauh akan tetap jauh. Kehidupan kita memang sudah ada takdirnya. Namun, bukan berarti kita selalu bersembunyi di balik kata takdir sehingga enggan berusaha mendekatkan yang jauh itu.
***
Hari silih berganti, kisah buruk dalam ingatanku hampir tersingkirkan. Satu hal yang masih sulit aku dan Bang Reza ikhlaskan adalah Dede, kuda jantan kami. Dede kuda yang setia meringankan pekerjaan papa dan mama di jual sebelum kami pindah ke Kota Pekanbaru.
Kota Pekanbaru kini sudah menjadi sumber kehidupanku. Semakin dewasa, aku semakin mengerti tentang jalan kehidupan. Tidak semua jalan yang lurus itu aman. Beberapa jalan memang harus berbelok dan curam. Bisnis yang baru papa rintis tiga tahun belakangan ini semakin memberikan kabar baik. Itulah alasan mengapa aku dan keluarga mulai mencintai kota ini. Kota yang juga menjaga lelaki yang aku baru sadar bahwa aku mencintainya.
Aku Sabrina dan Kamu Sam. Nama kita sama-sama berawalan 'Sa'. Apa benar itu suatu kebetulan? Tidak cuma itu Sam, kita sudah berpisah selama setahun lebih tanpa tau kabar masing-masing seperti apa. Namun, semesta kembali mempertemukan kita, malah kita menjadi sangat dekat Sam. Kebetulan seperti apakah itu? Tanpa direncanakan kita bersekolah di tempat yang sama, bahkan jarak rumah kita kurang lebih hanya dua kilometer Sam. Aku tau ini semua bukan kebetulan Sam, ini takdir. Sayangnya aku baru menyadari itu semua setelah kita dipisahkan lagi Sam. Aku baru menyadari bahwa tertuliskan namamu di dasar hatiku.
Sam dan mimpinya hampir tidak bisa di elakkan. Sam dan semangatnya mampu meraih mimpi tadi. Diantaranya keinginan Sam untuk masuk di SMA N 4 Pekanbaru. Sam sangat beruntung bisa masuk di sekolah negri dan favorit pula. Favorit karena Mila juga berada di SMA itu.
Pilihan SMA aku dan Sam sama. Yang pertama SMA N 4 dan yang ke dua SMA N 6, namun jagat raya kembali memisahkan kami. Aku diterima di SMA N 6, namun kelamaan liburan membuatku lalai untuk mendaftar ulang. Akhirnya aku masuk SMA Abdurab, SMA Swasta yang sebanding dengan SMA Negri di kota ini. Kalau kata Sam "Tidak masalah negri atau swasta Sab, yang pentingkan kitanya yang harus semangat mencari ilmu!"