Aku pernah membaca beberapa kalimat-kalimat bijak tentang bagaimana proses tercapainya mimpi dan harapan. Bila aku simpulkan ada banyak larangan di setiap kalimatnya, seperti jangan ragu untuk merangkai mimpi besar, jangan menyerah untuk hal yang belum waktunya terjadi, jangan langsung menyimpulkan sesuatu dan jangan-jangan lainnya.
Semua larangan itu benar. Dengan menambahkan beberapa mantra menjadikan satu-persatu mimpiku terwujud. Sabar dan yakin. Tiga kata yang menjadi moto hidupku sejak tamat SMA sampai sekarang. Atas usaha yang telah aku lakukan, aku menyelipkan sabar dan keyakinan di dalamnya. Seperti di mulai dari menaman biji bunga matahari. Perlu kesabaran untuk terus mengurusnya hingga menghasilkan bunga cantik yang aku impikan. Pernah sesekali bunganya tumbuh kurang sempurna, namun aku terus mencari tau apa yang salah dari proses penanaman itu. Aku terus mencari tau apa yang salah dan kurang. Terus menduga-duga sesuatu yang terjadi tidaklah kebetulan, seperti aku dan Sam yang aku yakin cerita kami akan menjadi satu.
***
Jauh dari Sam adalah hal terburuk bagiku kini. Kami terbiasa bersama setelah selesai ujian nasional hingga mendekati masa pendaftaran Perguruan Tingggi. Hampir setiap hari kami bertemu, rasanya waktu tidak pernah habis untuk kami berdua. Kami saling berbagi mimpi serta angan-angan. Kami selalu membayangkan hal indah di masa depan, di mana nanti kami akan bertemu didampingi pasangan hidup masing-masing. Tapi bagiku itu bukanlah suatu hal indah, itu buruk untukku. Melepaskan Sam adalah hal yang terburuk.
Badai seketika datang ketika aku, papa, mama dan bang Reza makan siang bersama. Tak seperti biasanya, kali ini entah mengapa aku berani membahas orang lain ketika aku dan keluargaku makan bersama. Sebetulnya tidak terlalu membahas, lebih tepatnya ingin memberitahukan saja.
"Pa, ma nanti Sabrina diundang makan malam ke rumahnya Sam."
Satu kalimat yang keluar dari mulutku membuat papa segera menelan makanan di mulutnya. Matanya menatapku tajam, aku tau akan ada sesuatu yang buruk. Bang Reza segera menghabiskan makanannya, setelah minum bang Reza langsung pergi menuju kamarnya tanpa meninggalkan sepatah katapun. Ruang makan menjadi hening.