Darcy tidak berpikir jernih saat dia setuju untuk pergi makan malam bersama Emily dan Alex. Darcy mengira makan malam bersama tidak ada salahnya. Dia bahkan tidak mengetahui mengapa dia setuju dengan agenda tersebut. Emily hanyalah seorang anak lugu yang ingin mengenal Darcy. Namun, mengapa Darcy dari semua orang yang ada di tempat ini? Itu tidak masuk akal bagi Darcy maupun Alex. Mengapa tiba-tiba Emily ingin mengenal orang asing yang hampir tidak dia kenal sama sekali. Itu terdengar tidak masuk akal.
Darcy sendiri merasa sangat gugup saat berada di depan pintu apartemen Alex. Dia tidak datang seorang diri, dia membawa Hailey bersamanya untuk mengurangi kecanggungan yang pasti akan ada. Bagi Darcy membawa Hailey bukanlah ide yang sempurna, tetapi dia tidak punya pilihan lain. Darcy lebih memilih untuk datang bersama Hailey, daripada merasa kecanggungan yang ada di antara dia dan Alex.
“Bunyikan saja belnya,” ucap Hailey yang merasa tidak sabar.
"Apa? Tidak. Kamu saja yang bunyikan!”
“Mereka mengundang kamu, bukan aku! Cepat pencet belnya!”
“Tidak, kamu saja. Kamu itu tamu mereka juga.”
Mereka terus berdebat sampai pintunya terbuka sendiri. Alex hanya berdiri di sana, membukakan pintu untuk mereka dengan ekspresi canggung miliknya. Mereka seketika terdiam dan masuk ke dalam apartemen Alex. Bisa dikatakan mereka merasa malu, tetapi malu saja tidak cukup untuk mengungkapkan betapa mereka berdua terlihat seperti orang bodoh, karena Alex dapat melihat mereka bertengkar melalui monitor pintu. Alex terus-menerus berpikir dalam benaknya, mengapa kedua orang ini tidak membunyikan bel dan hanya bertengkar satu sama lain. Alex menjadi tidak sabar dan langsung membuka pintu untuk mereka.
Darcy dan Hailey disambut oleh Emily saat mereka masuk. Emily terlihat begitu bahagia melihat Darcy datang ke rumahnya dan akan makan malam bersamanya. Emily tidak sabar untuk mengenal Darcy lebih dalam. Emily tidak mengetahui mengapa dia begitu menyukai Darcy. Namun, ada sesuatu pada Darcy yang membuat Emily sangat menyukainya.
Saat mereka duduk, setiap orang dewasa hanya saling menatap satu sama lain dengan canggung. Hailey tidak merasa canggung sama sekali seperti Darcy dan Alex, dia hanya senang bisa makan malam. Meski begitu, Hailey merasa kasihan atas kecanggungan yang ada di antara Darcy dan Alex. Satu orang yang tidak menyadari kecanggungan di sekitarnya, tentu saja, adalah Emily. Dia sangat senang karena seseorang yang dia sukai ada di sini untuk makan malam bersamanya.
“Jadi, Darcy. Apa kamu tinggal disini sejak kecil atau kamu pindah juga kesini?” tanya Emily dengan antusias.
"Aku tinggal disini sejak kecil, tapi aku sempat pindah dan kembali lagi. Asal kamu tahu, dulu aku dan ayah kamu adalah teman yang baik. Kami berteman dari kecil hingga ayah kamu menikah dan pindah ke kota lain,” jawab Darcy, mencoba mengalihkan fokusnya ke Emily, bukan ayahnya Emily.
“Dulu? Kenapa kalian tidak berteman lagi?” tanya Emily dengan lantang. Hal itu membuat Alex tersedak saat sedang minum.
Mereka bertiga hanya saling menatap satu sama lain, menunggu seseorang menjawab pertanyaan Emily, karena tidak ada seorangpun yang punya keberanian, Hailey memutuskan untuk mengatakan sesuatu, “Ayah kamu dan Darcy masih berteman, tapi tidak sedekat itu. Karena mereka berdua sibuk. Darcy pergi ke luar kota untuk belajar, ayah kamu pergi ke luar kota untuk membesarkanmu, dan aku tinggal di sini bersama pacarku sampai dia pindah karena pekerjaan. Kita menelpon dan mengirim pesan di waktu luang, kan?”
“Tentu saja,” ucap Darcy yang langsung makan untuk menutup mulutnya.
“Emily, bagaimana kalau kita berhenti berbicara dan mulai makan?” usul Alex.
“Oke, Ayah.” Emily mengerutkan kening setelah mendengar itu.
Pada akhirnya mereka makan dalam diam. Seperti yang diajarkan ayahnya, tidak boleh berbicara saat makan. Meskipun Emily ingin menanyakan beberapa pertanyaan lagi kepada Darcy, tetapi ayahnya malah menghalanginya. Terkadang Emily merasa ayahnya tidak terlalu ingin dia mengenal Darcy. Seperti ada sesuatu antara ayahnya dan Darcy yang tidak Emily ketahui, tetapi dia tidak ingin menggali lebih dalam. Dia terus makan sementara orang-orang dewasa saling menatap satu sama lain dengan tatapan canggung.
Ketika Emily sedang makan, dia sedikit kesulitan karena dia lupa mengikat rambutnya. Darcy yang melihat itu langsung mengambil ikat rambut cadangan dari tasnya dan menghampiri Emily, lalu mengikat rambut Emily kebelakang agar Emily tidak kesulitan. “Terima kasih, Darcy,” ucap Emily dengan senyum yang begitu lebar.