Can I Kiss You Again?

Lilian
Chapter #5

Still The Same and Always The Same

Seminggu berlalu, segalanya tampak normal terkecuali Emily yang senang datang ke binatu dan berbicara dengan Darcy. Terkadang Emily membantu seperti menyapu lantai, walaupun Darcy sudah beberapa kali menolak bantuannya, tetapi Emily tetap bersikeras ingin membantu. Emily belajar banyak tentang Darcy dan masa muda ayahnya, beberapa hal yang bahkan kakek dan neneknya tidak ketahui. Sering kali Emily meminta ayahnya untuk mengantarnya ke binatu, dan saat itulah Alex paling sering melihat Darcy. Mereka masih merasa canggung, tetapi mereka berdua sudah terbiasa dan mulai akrab dengan satu sama lain.

Semenjak mengenal Emily, Darcy selalu bertanya pada dirinya sendiri: mengapa dia bisa menyukai Emily? Dia begitu membenci ibunya Emily dan pada titik tertentu dia membenci Alex. Ibunya Emily adalah orang yang kejam bagi Darcy, dan Darcy tidak pernah berniat berhenti membenci wanita itu. Setidaknya itulah yang Darcy rasakan. Dunia Alex terbalik karena wanita itu, dan Darcy masih tidak bisa melepaskannya. Ada dendam di dalam dirinya atas semua yang dilakukan wanita itu kepada Alex. Hal itu memang tidak sehat, tetapi saat itu Darcy begitu menyayangi Alex dan akan melakukan apa saja agar Alex menjadi orang yang lebih baik.

“Hai,” sapa Alex.

“Apa yang kamu lakukan disini?” tanya Darcy yang sedikit terkejut melihat Alex datang seorang diri dengan keranjang pakaian kotor. “aku pikir mesin cuci kamu sudah diperbaiki.”

“Benda itu rusak lagi,” ucap Alex dengan santai. Dia meletakkan keranjang cuciannya di atas salah satu mesin cuci. “Aku pikir aku ditipu.”

“Kamu selalu ditipu,” balas Darcy sambil tertawa.

“Lucu sekali,” ucap Alex dengan sedikit sarkastik. “Dimana aku bisa menukarkan koinnya?”

“Di sebelah sana,” jawab Darcy sambil menunjuk tempat penukaran koin.

Alex pun pergi untuk menukarkan uangnya. Alex tidak tahu mengapa dia berada disini. Dia bisa saja pergi ke rumah orang tuanya dan menggunakan mesin cuci mereka. Namun, dia memilih untuk datang kesini dan bertemu dengan Darcy. Ketika mesin cucinya rusak lagi, dia langsung teringat tempat ini dan Darcy. Dikarenakan Emily begitu sering membahas dan bahkan bertemu dengan Darcy, membuat Alex tidak bisa berhenti memikirkan Darcy. Dia berusaha sekuat tenaga untuk tidak peduli, tetapi dia gagal. Dia akan membenci dirinya sendiri jika dia tidak peduli kepada Darcy.

“Jadi, bagaimana pengalamanmu menjadi bos?” ucap Alex ketika kembali. Dia memasukkan koin dan mulai memasukkan pakaiannya ke dalam mesin cuci.

“tidak menyenangkan sama sekali, tapi itu tidak penting. Aku kaget kamu bahkan tahu cara menggunakan mesin cuci,” ucap Darcy yang seakan mengejek Alex. Dia memang berniat mengejek Alex.

Alex tertawa dan merasa sedikit malu karena dia memang tidak mengerti cara menggunakan mesin cuci sebelum Emily lahir. “Diamlah dan lakukan pekerjaanmu!”

“Ini adalah waktu makan siang, secara teknis aku ada waktu luang,” balas Darcy sambil tertawa kecil. “Lagipula, untuk apa kamu datang tidak bersama Emily. Aku menyukai anakmu, bukan berarti aku menyukai kamu juga. Ini hari Sabtu, bukannya anak itu sudah libur?”

“Dia punya PR yang harus dikerjakan. Dia adalah anak yang rajin,” ucap Alex sambil bersandar pada mesin cuci.

“Tidak sepertimu,” balas Darcy sambil tertawa.

Terkadang dia merindukan hal seperti ini. Mereka sangat suka menghina satu sama lain. Sebagian besar Darcy karena Alex selalu memilih hal terbodoh untuk dilakukan dan terkejut saat dirinya menerima konsekuensi. Darcy masih mengingat ketika mereka masih kecil, Alex merusak kulkas milik orang tuanya karena dia bosan dan memutuskan untuk mengotak-atiknya. Orang pertama yang dipanggil Alex adalah Darcy. Ketika Darcy hampir membakar rumahnya karena dia memasukkan sendok logam ke dalam oven, orang pertama yang dia panggil adalah Alex. Mereka bodoh dan ceroboh.

Darcy merasa patah hati ketika Alex menikah dan memilih menjauhkan dirinya dari Alex. Dia tidak ingin merusak pernikahan Alex karena istrinya adalah orang yang pencemburu, dan Darcy tidak ingin menyulut api pada pernikahan itu. Darcy hanya bahagia karena sahabatnya, orang terdekatnya, bahagia. Sungguh ironi karena jauh di dalam rasa kebahagian itu Darcy merasa begitu cemburu.

“Bagaimana kabar Catherine?” tanya Darcy dengan iseng. “Aku dengar dia masuk penjara. Mengapa hal itu bisa terjadi?”

Alex menghela napas. “Ya, wanita itu sangat gila. Dia menyerang seseorang dan hampir membunuh orang itu. Syukurlah, Emily tidak harus berurusan dengannya.”

“Terakhir kita bicara, kamu melakukan tes DNA untuk membukti Emily adalah anak kamu. Jadi, bagaimana hubungan kamu dan Catherine setelah itu?” tanya Darcy. Dia terkadang masih memikirkan hari itu, ketika ayah dari bayi Catherine benar-benar Alex. Setelah mengetahui itu, Darcy memutuskan untuk pergi sejauh mungkin dari Alex dan tidak akan pernah menghubungi pria itu lagi. Dia bersumpah bahwa dia akan membenci Alex selama sisa hidupnya. Namun, bagaimana dia bisa melakukan itu?

“aku mendapat hak asuh penuh dan meninggalkannya. Saat aku bilang aku akan membawa bayi itu pergi. Aku serius,” ucap Alex dengan lembut. “Aku masih merasa bersalah, Dar. Dalam sejuta tahun aku tidak pernah ingin menyakiti kamu seperti itu.”

Tapi hatiku masih tersakiti.

“Maaf, Nona. aku rasa mesin pengering ini macet.” Seorang pelanggan memanggil Darcy. Tanpa menjawab Alex, dia pergi begitu saja untuk mendengarkan keluhan pelanggan itu. Lebih mudah mengabaikan Alex daripada menjawab ucapannya karena Darcy tidak tahu bagaimana menjawab ungkapan seperti itu. 

***

Lihat selengkapnya