Darcy dan Alex telah berteman sejak lama, bahkan mereka tidak mengingat kapan mereka mulai berteman. Mereka saling mencintai sama lain sebagai teman hingga Darcy menyadari rasa cinta itu melebihi rasa kepada teman. Darcy selalu membantu Alex dalam hal apapun. Darcy adalah orang pertama yang Alex temui ketika dia mempunyai masalah, atau ketika dia membuat masalah. Segala kekacauan yang Alex buat Darcy selalu berusaha membantunya. Terkadang Darcy merasa lelah dengan kelakukan Alex dan ingin berhenti berteman dengan Alex. Namun, dia tidak pernah bisa melakukan itu. Darcy selalu berharap Alex akan tumbuh dan menjadi lebih dewasa dari sebelumnya.
Suatu malam yang damai. Darcy pergi bersama Hailey ke sebuah bar, mereka minum dan memiliki malam yang menyenangkan. Darcy merasa bahagia karena dia bisa bersenang-senang malam itu. Bisa dibilang hari itu bukanlah hari yang bagus untuknya. Darcy tidak pernah menyangka malam itu akan menjadi malam terburuk yang pernah dia pikirkan. Itu merupakan sebuah tamparan untuknya karena dia tidak pernah tergerak untuk mengungkapkan perasaannya kepada Alex.
Tak lama Alex datang bersama Dion, dia tampak bahagia seperti orang yang baru saja memenangkan undian. Dia tidak sabar untuk memberikan kabar bahagia yang dia miliki kepada teman-temannya, terutama Darcy, sahabat tersayangnya. Saat itu Alex berharap Darcy akan bahagia mengetahui Alex melamar seseorang yang dia cintai karena Darcy selalu merasa bahagia untuk Alex. Saat itu kebahagian Alex masih bergantung kepada kebebasan yang dia miliki, dirinya berpikir jika dia menikahi orang yang memberinya kebebasan dia akan bahagia selamanya.
“Darcy, Hailey! Alex punya kabar baik untuk kita!” teriak Dion agar mereka bisa mendengarnya.
"Apa itu?!" balas Darcy yang juga berteriak. Dia memandang Alex sambil menunggu jawaban karena dia merasa bahwa ini bukanlah kabar baik.
"aku akan menikah!" teriak Alex dengan begitu keras.
Satu-satunya orang yang tampak senang bersama Alex adalah Dion. Darcy maupun Hailey terkejut, terutama Darcy. Rasanya seperti mimpi bagi Darcy karena dia tidak pernah memikirkan hal seperti ini. Apakah ini keputusan bodoh yang dibuat Alex lagi dan lagi? Saat itu Darcy tidak tahu sama sekali. Dia hanya merasa hatinya hancur. Bagaimana bisa manusia bodoh ini mau menikah di usia seperti ini? Apakah dia gila? Atau Darcy hanya merasa marah karena Alex menikah dengan orang lain dan bukan dirinya. Dia tidak pernah tahu jawabannya sampai sekarang.
“Apa yang kamu maksud dengan menikah? Alex, kamu berusia dua puluh satu tahun,” ucap Darcy yang terdengar marah. “Minggu lalu kamu baru saja ditilang karena mengemudi dalam keadaan mabuk. Kamu belum siap untuk menikah,” teriak Darcy dengan begitu kencang. Dia benar-benar tidak menyukai keputusan Alex kali ini.
“Tidak seburuk itu, kan?” tanya Dion yang merasa bingung melihat Darcy yang marah.
“Apa maksudmu itu tidak buruk?! Menikah adalah hal yang besar dan Alex masih berkuliah, tidak lupa otaknya yang jarang berfungsi. Dia bahkan masih terkejut jika perbuatannya memiliki konsekuensi. Darcy benar, dia belum siap sama sekali,” jawab Hailey yang jelas memihak Darcy.
Alex hanya berdiri disana merasa terhina oleh ucapan Darcy dan Hailey. Semenit yang lalu, dia adalah pria paling bahagia. Kini, dia merasa teman-temannya tidak mendukungnya sama sekali. Saat itu Alex berpikir ini adalah keputusan terbaik karena pacarnya telah membuatnya bahagia. Kenyataannya, pacarnya tidak pernah menyuruh Alex untuk mengubah kebiasaan buruknya, perilakunya yang ceroboh, atau keputusan impulsif yang dia ambil karena tidak berpikir jernih. Bagi Alex itu adalah kebebasan, tanpa disadari semua itu berdampak buruk baginya.
Alex berlari keluar bar, merasa marah dan kecewa dengan reaksi Darcy. Dia selalu berpikir Darcy akan bahagia untuknya. Namun tidak, Darcy mengungkapkan perasaannya dan mengatakan bahwa Alex belum siap karena dia tidak ingin Alex menyesali semua keputusannya ini. Pada akhirnya Darcy kalah dan menyerah. Darcy mengejar Alex keluar untuk meminta maaf dan menarik kembali semua kata-katanya. Entah mengapa, saat itu Darcy melepaskan pikiran rasionalnya dan memilih untuk berbahagia bersama Alex.
“Alex, tunggu!” panggil Darcy.
Alex berhenti dan menatap Darcy. "Apa? Kamu mau bilang aku ‘belum siap’ lagi,” tanya Alex yang masih sedikit marah.
Darcy menelan pikiran rasionalnya untuk yang satu ini. “Menurutku kamu masih terlalu muda untuk menikah, dan kamu serta Catherine baru saling kenal selama tujuh bulan. Maksudku, jika kamu kebetulan—”
“Aku merasa bahagia, Dar.”
“Aku tahu, ini hanya—”
“Dia adalah gadis yang baik. Dia memberiku kebebasan, kami melakukan hal bodoh bersama. Dia seperti versi lain dari diriku. Kami mempunyai hobi yang sama, acara favorit yang sama, rasa favorit yang sama, semuanya sama. Dia bukan sekadar gadis sembarangan yang kukencani seperti dulu, dia berbeda. Dia istimewa, dia sempurna, dia segalanya. Keindahan dunia ada pada dirinya dan aku mencintainya. Aku sangat mencintainya. Dia adalah segalanya bagiku,” ucap Alex dengan penuh percaya diri. Dia mengatakan itu dengan nada tegas, seolah dia sangat yakin dengan semua itu.
Darcy terdiam sejenak, dia berusaha menahan air matanya. Cara Alex berbicara tentang wanita itu seolah-olah seluruh dunianya berputar di sekeliling wanita itu. Darcy tidak tahu apakah itu hal yang baik atau tidak. Dia takut Alex akan menyesali semua ini nanti, dan tidak mungkin Darcy bisa menyelamatkan Alex dari menyakiti dirinya sendiri.
“Kalau begitu, aku turut berbahagia untukmu… dan Catherine,” balas Darcy dengan berat. “Aku ingin melihatmu bahagia dengan seseorang yang… kamu cintai.”