Alex tidak pernah berpikir panjang sebelum mengambil keputusan, itulah yang selalu orang katakan tentang dia, kekanak-kanakan hingga bodoh. Alex bisa menerima semua itu karena semua itu benar. Namun, Alex selalu bertanya-tanya mengapa Darcy bisa menyukai pria seperti dia. Alex bukanlah pria yang baik ataupun sempurna, dia bahkan jauh dari kata pria yang benar. Apa yang Darcy lihat dari dirinya? Alex tidak pernah mengetahui hal itu. Rasanya sulit untuk Alex mengerti perasaan yang Darcy miliki.
Sekarang Alex dan Darcy sedang membantu Dion untuk melamar Hailey. Mereka tidak tahu mengapa mereka setuju untuk membantu Dion, seakan mereka mencari alasan untuk menghabiskan waktu bersama satu sama lain. Mereka berada di restoran bersama Dion, membantu pria itu mensetting suasana restoran menjadi romantis. Tidak hanya itu, Emily ikut bersama mereka. Tentu saja, setelah memaksa ayahnya berkali-kali Emily diperbolehkan ikut.
“Aku tidak percaya Dion akhirnya melakukan hal ini,” ucap Darcy sambil menata balon-balon.
“Apa yang kamu maksud? Bukannya Hailey selalu memberi kode untuk dilamar,” balas Alex sambil memompa balon.
“Kamu benar, tapi tetap terasa aneh.”
“Itu karena kamu mengira mereka tidak akan bertahan lama.”
“Ya, aku lupa Dion bukan kamu.”
Alex memutar matanya saat mendengar itu. “Hei, kamu belum menceritakan tentang kamu yang sempat bertunangan.”
“Lain kali saja.” Darcy merasa muak karena Alex terus bertanya tentang hal itu, seakan Alex ingin mengetahui detail tentang pria itu. Alex memang penasaran dengan pria itu, bagaimana rupa pria itu dan mengapa Darcy tidak menikahi pria itu. Alex seakan cemburu mengetahui Darcy pernah hampir menikah dengan orang lain. Namun, bagi Alex siapa saja akan beruntung mendapatkan Darcy sebagai istri mereka.
“Ak—”
“Ayah!” Emily tiba-tiba berlari ke arah Alex, dia terlihat begitu senang karena Dion baru saja memberikannya sepotong kue. “Lihat! Lihat! Aku diberikan kue!”
Darcy dan Alex tersenyum melihat Emily yang begitu ceria hanya karena sepotong kue. “Apa kamu sudah mengucapkan terima kasih kepada Dion, Tuan Putri?” tanya Alex dan Emily mengangguk dengan begitu cepat. Melihat itu membuat Darcy tersenyum lebih lebar, melihat Alex menjadi ayah yang baik untuk Emily. Sangat berbeda dan Darcy menyukai hal itu.
“Ayo, Darcy. Kita makan kuenya,” ucap Emily yang langsung menggenggam tangan Darcy.
Alex berdeham. “Seingat Ayah, orang tua kamu Ayah bukan Darcy. Mengapa kamu malah menawarkan Darcy?”
“Simpel, karena aku lebih menyukai Darcy daripada Ayah,” jawab Emily dengan lantang.
“Apa?!” Alex berpura-pura terkejut karena dia sudah tahu anaknya lebih menyukai Darcy. Emily seketika tertawa mendengar ayahnya, memang benar Emily lebih menyukai Darcy. Namun, tenang saja Emily masih sangat menyayangi ayahnya. Emily mengucapkan hal seperti itu hanya untuk bercanda dengan ayahnya karena ayahnya adalah orang yang santai.
Darcy hanya terdiam melihat itu semua. Alex begitu dekat dengan putrinya, membuat Darcy mengingat kedekatannya dengan ibunya. Hubungan Darcy dan ibunya hampir sama persis seperti hubungan Alex dan Emily, membuat Darcy merindukan ibunya. Mungkin jika ibunya masih ada, Darcy akan dimarahi habis-habisan karena berhubungan kembali dengan Alex. Tidak hanya Alex, tetapi putrinya juga.
“Emily, setidaknya kasih Ayah kamu sedikit,” ucap Darcy.
“Baiklah, tapi hanya sedikit saja,” ucap Emily sambil menghela napas. “Makanya Ayah punya pacar agar tidak mengganggu aku terus,” canda Emily yang membuat Darcy menahan tawa.