Seiring berjalannya waktu, Alex dan Darcy mulai merasa nyaman dengan satu sama lain, seakan tidak pernah ada masalah di antara mereka. Seakan Alex tidak pernah mematahkan hati Darcy. Mereka bagaikan teman untuk sekali lagi. Namun, mereka tidak mengetahui apakah perasaan mereka benar-benar hanya sebagai teman. Mereka bingung, mereka tidak tahu harus melakukan apa dengan perasaan yang mereka miliki. Mereka tidak ingin merusak hal indah yang mereka miliki.
Seperti apa yang telah Darcy ucapkan kepada Alex, di hari Minggu dia menemani Alex dan Emily pergi ke taman hiburan. Dulu saat Darcy dan Alex berteman hingga mereka menjadi kekasih, mereka begitu sering mendatangi taman hiburan ini. Beberapa orang bahkan mengenal mereka. Setiap kali mereka datang ke taman hiburan ini, mereka selalu memiliki senyuman yang begitu lebar bagaikan tidak ada hal lain di dunia ini yang mereka pedulikan. Senyuman manis Darcy dan tawa Alex yang begitu lepas, mereka berdua tidak melupakan hal itu.
“Ayah, aku ingin naik roller coaster!” pinta Emily sambil menarik-narik tangan ayahnya.
“Sayang, kamu belum cukup tinggi untuk naik roller coaster, nanti saja, ya,” ucap Alex yang membuat Emily cemberut.
Merasa kesal Emily langsung berpindah menggenggam tangan Darcy. Darcy sendiri tertawa kecil melihat itu. “Emily, Ayah kamu ada benarnya. Bagaimana kalau kita naik yang lain saja?” ucap Darcy yang berusaha membuat Emily senang lagi.
“Mmmm, baiklah. Siapa tahu kita ketemu roller coaster buat anak-anak,” balas Emily yang tidak ingin merusak suasana yang indah.
Pada akhirnya mereka menaiki wahana yang lain, wahana yang aman untuk Emily. Sebenarnya Darcy sangat ingin menaiki roller coaster, tetapi dia tidak melakukan itu karena dia merasa itu tidak adil untuk Emily. Mungkin mereka bisa menaiki roller coaster bersama saat Emily sudah cukup tinggi. Sepanjang hari, Emily terus menggenggam tangan Darcy karena dia merasa nyaman dengan Darcy. Alex sedikit iri dengan hal itu, tetapi dia senang karena Emily dan Darcy bersenang-senang.
Setelah menghabiskan hampir sejam bermain dan mencoba beberapa wahana, mereka semua beristirahat di toko es krim yang berada di taman hiburan. Mereka duduk di tempat terbuka. Emily tentu saja memesan es krim rasa stroberi, dan Darcy memesan es krim rasa vanila. Alex sendiri memesan rasa cokelat mint, pertama kalinya dia tidak memesan es krim rasa vanila.
“Ayah tumben tidak memilih rasa vanila,” ucap Emily yang merasa bingung karena ayahnya selalu memesan es krim rasa vanila.
“Ayah sedang ingin mencoba rasa lain,” balas Alex sambil memakan es krim miliknya.
“Apa kamu tahu, Emily? Es krim rasa cokelat mint itu tidak enak sama sekali,” ucap Darcy kepada Emily.
“Masa, sih?” Emily langsung mendekati ayahnya dan menjilat es krim milik ayahnya, dari ekspresi wajah yang Emily tunjukkan. Emily terlihat tidak menyukai es krim rasa cokelat mint sama sekali. “Ih, Darcy benar. Mengapa Ayah memesan yang itu, sih? Rasanya sangat tidak enak!” Alex tertawa mendengar protes putri kecilnya.
“Lidah orang berbeda, Emily. Kamu tidak suka, tapi Ayah menyukainya. Ja—”
“Tapi aku juga tidak menyukainya, jadi aku dan Emily sama,” jawab Darcy yang jelas-jelas menggoda Alex, dan Emily setuju dengan apa yang Darcy ucapkan.
“Baiklah, aku kalah,” ucap Alex sambil menghela napas. “Kalian curang karena kalian berdua dan aku sendiri.”
“Tidak-tidak, kita sedang berdebat, Ayah. Ayah kalah karena yang setuju dengan Ayah sedikit.”
“Berdebat bukan seperti itu, Cantik.”
“Tapi pokoknya aku dan Darcy menang.” Saat Emily mengucapkan hal itu, Darcy langsung bertosan dengan Emily. Rasanya menyenangkan bisa membuat Alex pasrah seperti saat ini. Tentu saja, Darcy hanya bercanda dan Alex tahu itu. Alex tidak keberatan putrinya lebih setuju dengan Darcy. Alex memang sering diejek karena lebih menyukai es krim rasa cokelat mint daripada vanila. Alex memakan es krim rasa vanila karena dia merindukan Darcy, dan sekarang dia sudah tidak merindukan Darcy lagi.
Merasa lelah dan kalah, akhirnya Alex memilih untuk pergi ke toilet sebentar meninggalkan Darcy dan Emily berdua saja. Alex yakin saat dia pergi, Emily dan Darcy akan membicarakan tentang dirinya. Jika hal itu benar, Alex hanya bisa pasrah dengan kelakuan putrinya sendiri.