Can I Kiss You Again?

Lilian
Chapter #13

Confusing Feeling

Waktu berlalu dan Darcy merasa bingung. Semenjak kecelakan kecil di taman hiburan, Darcy tidak bisa berhenti memikirkan Alex. Lelucon yang dia katakan hingga perilakunya, bahkan perkataannya. Semua itu berputar di pikiran Darcy, untuk sesaat Darcy merasa hatinya berbunga-bunga seperti dulu. Merasa senang untuk bertemu Alex, berbunga-bunga saat Alex memujinya, selalu tersenyum saat dia memikirkan Alex. Bagaikan dirinya sewaktu dulu yang selalu jatuh kepada Alex.

Hari ini Darcy memiliki kunjungan spesial dari Hailey, dia datang ke binatu untuk meminta bantuan Darcy dalam merencanakan pernikahannya. Darcy dengan senang hati membantu Hailey sambil mengurus binatu miliknya. Hari ini binatu tidak terlalu ramai, jadi Darcy bisa sedikit bersantai. Hailey dan Darcy duduk berhadapan sambil membahas lokasi pernikahan Hailey dan hal memusingkan lainnya.

“Aku tidak menduga menikah akan serumit ini,” ucap Hailey yang merasa lelah. “Menurutku, kita harus mengerjakan ini sambil minum.”

“Ini masih siang, lagi pula aku tidak menyimpan alkohol di sini,” balas Darcy yang merasa Hailey berlebihan.

“Kamu memiliki tempat ini, kamu bisa melakukan apa saja yang kamu mau,” ucap Hailey yang ada benarnya. “Pekerjaan kamu sungguh menyenangkan, kamu hanya perlu mengawasi orang-orang ini sambil duduk diam.”

“Oh, Hailey, kamu tidak mengetahui betapa ruginya aku karena tempat ini,” balas Darcy sambil memutar matanya. “Aku lebih baik bekerja kantoran seperti Dion ataupun Alex.”

“Bicara soal Alex, apa kabar Emily? Aku jarang melihat anak itu belakangan ini,” tanya Hailey. Dia begitu sibuk belakangan ini hingga dia tidak mengetahui apa-apa, dan Darcy belum sempat menceritakan apa pun kepada Hailey. Bukannya Darcy tidak ingin bercerita, tetapi dia tidak ingin mengganggu Hailey yang sibuk dengan persiapan pernikahan.

“Lututnya terluka beberapa minggu lalu, jadi dia sedang beristirahat,” jawab Darcy yang berusaha tidak membahas hal itu.

“Oh, ya, aku mendengar itu dari Dion. Dion juga mengatakan kamu memarahi orang yang mencelakai anak itu. Dion bilang kamu bagaikan ibunya Emily,” canda Hailey sambil tertawa kecil. Menurutnya itu sungguh lucu.

“Jangan berbicara seperti itu, karena kejadian itu aku menjadi aneh,” ucap Darcy yang akhirnya jujur.

Mungkin bagi beberapa orang itu adalah hal yang lucu, Darcy berlaku seakan dia adalah ibunya Emily. Namun, Darcy merasa aneh. Seharusnya Darcy membenci Emily dan tidak memedulikan Emily, tetapi dia melakukan sebaliknya. Darcy begitu panik karena Emily terluka, dia merasa bersalah karena dia tidak menjaga Emily dengan benar. Rasa panik yang Darcy miliki melebihi rasa panik biasa, bukan rasa panik saat melihat anak kecil jatuh. Namun, rasa panik saat melihat anak yang dia sayangi dan pedulikan terjatuh, lalu menangis hingga membuat hatinya sakit melihat itu.

“Jangan bilang kamu merasa canggung lagi dengan Alex, karena aku merasa muak mendengar itu,” ucap Hailey.

Hal itu sedikit benar, tetapi hanya Darcy yang merasa canggung. Alex terlihat baik-baik saja. “Namun, menurut kamu, apakah normal saat seorang teman pria mengatakan kamu akan menjadi istri yang baik, dan siapa saja akan beruntung mendapatkan kamu?”

“Apa Alex mengatakan hal seperti itu?” tanya Hailey dan Darcy langsung mengangguk. “Itu terasa aneh karena kalian pernah berpacaran. Apalagi yang dia katakan? Biar aku bisa mengetahui apa sebenarnya yang dia inginkan.” Hailey seketika tidak peduli untuk merencanakan pernikahannya, dia ingin mengetahui apa saja yang terjadi antara Alex dan Darcy.

“Pertama, saat di taman hiburan, sekuriti mengira aku ibunya Emily dan istrinya Alex. Lalu, saat kami sedang berdua, Alex bercanda mengatakan kapan kita akan memiliki anak kedua. Kedua, dia memindahkan diriku yang tertidur di kamarnya. Namun, dia tidak tidur di sampingku seakan dia tidak menginginkan aku. Jika dia tidak menginginkan aku mengapa dia bercanda tentang memiliki anak kedua bersamaku. Tidak hanya itu, sebelum aku tertidur kami berpelukan dan Alex mengelus-elus diriku. Jadi, sebenarnya apa yang pria itu inginkan,” ucap Darcy yang merasa frustrasi.

“Mungkin hubungan tanpa status,” balas Hailey yang merasa bingung dengan kelakuan Alex. Alex terdengar seperti orang yang bingung.

“Aku sudah berkepala tiga, aku bukanlah anak remaja yang melakukan hal seperti itu,” ucap Darcy yang semakin frustrasi.

“Mungkin dia bingung karena sejarah kalian. Mungkin dia ingin mengencani kamu lagi, tapi dia merasa bingung tentang perasaan kamu ke dia,” balas Hailey yang terdengar benar. “Ah, aku tahu, kamu harus mengungkapkan perasan kamu dan mengajak Alex berkencan.”

“Aku tidak akan melakukan itu, aku adalah seorang wanita dan wanita harusnya dikejar bukan mengejar.”

Hailey tertawa kecil. “Darcy, terakhir kali kamu seperti itu Alex sudah keburu menikah. Ajak dia berkencan atau dia akan menemukan orang lain.”

Hailey benar, Darcy tidak bisa diam saja. Dia harus meminta kepastian kepada Alex, karena terkadang mereka berdua berlaku seakan mereka sepasang kekasih. Darcy tidak ingin menunggu Alex seperti yang dia lakukan dulu. Mungkin akan sedikit memalukan, jika Darcy mengajak Alex berkencan. Namun, dia tidak tahu harus melakukan apa lagi agar Alex pergi dari pikirannya. Darcy ingin mengetahui bagaimana perasaan Alex saat ini terhadap dirinya, karena dia mengetahui perasaannya melebihi teman.

***

Setelah menutup binatu di malam hari, Darcy menyempatkan diri untuk mengunjungi Emily yang sedang berada di rumah kakek-neneknya. Sore ini, Darcy mendapatkan telepon dari Emma yang mengatakan kalau Emily merindukan dirinya. Tentu saja, Darcy juga merindukan Emily dan ingin sekali bertemu dengan Emily. Darcy sengaja menutup binatu lebih awal malam ini karena dia ingin bertemu dengan Emily.

Malam ini Alex terpaksa harus lembur dan menitipkan Emily di rumah orang tuanya. Awalnya Emily merasa kesal karena ayahnya begitu sibuk belakangan ini, tetapi dia juga senang karena Darcy akan mengunjunginya. Semenjak lututnya terluka, Emily tidak bisa pergi ke mana pun, kecuali pergi ke sekolah. Itu membuat Emily sedikit kesal karena berdiam diri di rumah tidak menyenangkan sama sekali. Emily ingin sekali pergi bermain bersama teman-temannya, tetapi ayahnya tidak mengizinkan hal itu.

“Hai, Emily,” ucap Darcy sambil mengetuk pintu kamar Emily yang terbuka.

Lihat selengkapnya